Tag: Dalam Islam

Keutamaan Utsman bin Affan Dalam Islam

“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay (bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 3:184)

Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga. Ia dianggap sosok paling kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa dianggap kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua orang putrinya.

Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan terhadap beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau yang bersumber dari ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar hal-hal negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan berprasangka baik di hati kita.

Nasab dan Sifat Fisikinya

Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).

Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan menikahi dua orang putri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya, apalagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.

Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti sunahnya.

Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.

Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma seolah-olah hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus angin yang kencang.

– Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi

Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.

– Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya

Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).

Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.

Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.

– Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah

“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).

Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).

Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).

Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan Utsman bin Affan yang mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih senang memperhatikan aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah yang dituduhkan kepadanya. Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kedamaian.

Bukti Adanya Ajaran Cadar dalam Islam

Kita dapat melihat dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang wanita yang akan berihrom. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada para wanita,

لاَ تَنْتَقِبُ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلاَ تَلْبَسِ الْقَفَّازَيْنِ

“Wanita yang berihrom itu tidak boleh mengenakan niqob maupun kaos tangan.”

Niqob adalah kain penutup wajah mulai dari hidung atau dari bawah lekuk mata ke bawah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ketika menafsirkan surat An Nur berkata, “Ini menunjukan bahwa cadar dan kaos tangan biasa dipakai oleh wanita-wanita yang tidak sedang berihrom. Hal itu menunjukan bahwa mereka itu menutup wajah dan kedua tangan mereka.”

Sebagai bukti lainnya, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menutup wajah-wajah mereka. Di antara riwayat tersebut adalah:

Pertama: Dari Asma’ binti Abu Bakr, dia berkata,

كنا نغطي وجوهنا من الرجال وكنا نمتشط قبل ذلك في الإحرام

“Kami biasa menutupi wajah kami dari pandangan laki-laki pada saat berihram dan sebelum menutupi wajah, kami menyisir rambut.”

Kedua: Dari Shafiyah binti Syaibah, dia berkata,

رَأَيْتُ عَائِشَةَ طَافَتْ بِالْبَيْتِ وَهِيَ مُنْتَقَبَةٌ

“Saya pernah melihat Aisyah melakukan thowaf mengelilingi ka’bah dengan memakai cadar.”

Ketiga: Dari Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata,

لما اجتلى النبي صلى الله عليه وسلم صفية رأى عائشة منتقبة وسط الناس فعرفها

“Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperihatkan Shofiyah kepada para shahabiyah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Aisyah mengenakan cadar di kerumunan para wanita. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kalau itu adalah Aisyah dari cadarnya.”

Juga hal ini dipraktekkan oleh orang-orang sholeh, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari ‘Ashim bin Al Ahwal, katanya,

كَنَا نَدْخُلُ عَلى حَفْصَةَ بْنَتِ سِيْرِيْنَ وَقَدْ جَعَلَتِ الْجِلْبَابُ هَكَذَا : وَتَنَقَّبَتْ بِهِ فَنَقُوْلُ لَهَا : رَحِمَكِ اللهُ

“Kami pernah mengunjungi Hafshoh bin Sirin (seorang tabi’iyah yang utama) yang ketika itu dia menggunakan jilbabnya sekaligus menutup wajahnya. Lalu, kami katakan kepadanya ‘Semoga Allah merahmati engkau…”

Riwayat-riwayat di atas secara jelas menunjukan bahwa praktek menutup wajah sudah dikenal di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istri-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bercadar, juga wanita-wanita sholehah sepeninggal mereka mengenakannya.

Bukti dari Perkataan Ulama Syafi’iyah
Perkataan berikut adalah bukti-bukti bahwa cadar termasuk ajaran Islam sejak masa silam, bukan ajaran yang baru. Yang menyuarakan seperti ini adalah ulama besar Syafi’iyah yang banak jadi rujukan para kyai di negeri kita.

Pendapat Ibnu Hajar Al Asqolani
Beliau adalah di antara ulama besar Syafi’yah yang memiliki kitab rujukan kaum muslimin yaitu Fathul Bari sebagai penjelasan dari kitab Shahih Al Bukhari. Ibnu Hajar rahimahullahu pernah mengatakan, “Laki-laki sama sekali tidak diperintahkan untuk berniqob (memakai penutup wajah) agar wanita tidak melihat mereka. … Dari masa ke masa, laki-laki itu selalu terbuka wajahnya (tidak memakai penutup wajah), sedangkan wanita selalu keluar (rumah) dalam keadaan wajahnya tertutup.”

Pendapat Jalaluddin Muhammad bin Al Mahalli
Beliau adalah salah satu di antara dua penulis kitab tafsir Al Jalalain. Beliau menjelaskan surat Al Ahzab ayat 59, Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: (Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka).” (QS. Al Ahzab: 59).

Jilbab adalah pakaian yang menutupi wanita. Yaitu diberi keringanan menampakan satu mata saja ketika keluar (rumah) karena ada kebutuhan. Seperti itu lebih mudah dikenal sebagai orang merdeka, beda halnya dengan budak (yang wajahnya terbuka). Oleh karenanya, janganlah wanita yang menutup rapat auratnya disakiti, dia sungguh jauh berbeda dengan budak perempuan yang membuka wajahnya. Dan orang munfik dulu biasa menyindir (menganggu) wanita yang terbuka auratnya. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa kalian yang telah lalu karena enggan menutup aurat. Allah menyayangi kalian sehingga memerintahkan kalian untuk menutup aurat.

Pendapat Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi
Beliau adalah penulis kitab tafsir Al Jalalain bersama Jalaluddin Al Mahalli dan keduanya adalah ulama besar Syafi’iyah. Ketika menjelaskan surat Al Ahzab 59, beliau rahimahullahu menjelaskan tafsir firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilababnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak digangggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59).

Ayat ini menerangkan perintah hijab bagi seluruh wanita. Maksud ayat tersebut adalah memerintahkan untuk menutup kepala dan wajah wanita. Sedangkan hal ini tidak diwajibkan atas budak wanita.

Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia membicarakan ayat tersebut dengan mengatakan, “Allah telah memerintahakan para wanita beriman jika mereka keluar karena ada hajat untuk menutup kepalanya dengan jilbab dan menampakkan satu mata saja.”

Demikian sebagian bukti bahwa ulama Syafi’iyah tidak menganggap aneh cadar (penutup wajah). Bahkan mereka menyatakan wanita memang harus demikian agar lebih menjaga diri mereka.

Bagaimanakah hukum menutup wajah itu sendiri? Apakah wajib atau sunnah?
Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilababnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak digangggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab 33: 59).

Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya.” (QS. An Nuur 24: 31).

Berdasarkan tafsiran Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Atho’ bin Abi Robbah, dan Makhul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan.

Dari tafsiran yang shohih di atas dapat disimpulkan bahwa wajah bukanlah aurat. Jadi, hukum menutup wajah adalah sunnah (dianjurkan).

Setelah kita ketahui bahwa hukum menutup wajah adalah sunnah, walau demikian tetap seorang muslim tidak boleh mencela orang yang bercadar. Karena sudah terbukti bahwa menutup wajah bagi muslimah termsuk ajaran Islam sehingga tidak boleh dicemooh.

Ibu Rumah Tangga Dalam Islam

Menjadi sosok ibu rumah tangga adalah predikat mulia yang disandang seorang wanita ketika telah menikah dan memiliki anak. Banyak wanita yang menginginkan menjadi figur istri sholihah yang selalu bia membahagiakan suami dan anak – anak , mampu mengelola rumah tangga dengan baik sanggup membina hubungan yang harmonis dengan tetangga, memiliki kiprah di masyarakat yang selaras dengan fitrahnya dan segudang obsesi ideal lainnya.

Begitu banyaknya aktivitas positif yang bisa dilakukan seorang wanita meskipun orang memandangnya sebelah mata, “ah“ hanya ibu rumah tangga apa istimewanya?

Jangan apriori dan berpikir negative percayalah anda seorang ibu rumah tangga justru bisa mendulang pahala berlimpah ketika profesi agung ini mampu diembannya dengan baik. Dia bisa memberi manfaat ganda kepada orang lain ketika ia mampu menempatkan dirinya dengan bijak mulai dari menyelesaikan domistik rumah tangga, pelayanan pada suami, mendidik anak, menjadi penggiat dakwah, memiliki skill yang berkaitan dengan kewanitaan, dan lain – lain yang selaras dengan jiwa kewanitaan.

Dengan tugas dan kewajiban yang banyak itu wanita perlu energi baru atau gizi baru agar aktivitas yang dilakukan lebih bersemangat. Semakin tinggi intensitas kegiatan yang dilakukannya semakin banyak pula cadangan energi positif Islami yang harus dimilikinya agar tetap percaya diri :

Bekal Ilmu
Ini modal utama agar sisi keimanan tetap kokoh, lebih – lebih ilmu syar’i / agama.

طَلَبُ الْعلِْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسلْمٍِ

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim” (Shohih diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunannya No : 224).

Dengan ilmu yang memadahi ia akan tampil percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya. Begitu pula ilmu penunjang seperti sebagaimana mengelola manajeman rumah tanga, tumbuh kembang anak , gizi dan makanan, kejiwaan anak dan lain – lain yang relevan.

Bergaul Dengan Orang – Orang Shalih
Ini sangat penting agar kesetabilan iman dan frekvensi batinnya stabil. Banyak faedah yang diperoleh ketika bersahabat dengan orang –orang yang berilmu, berakhlak mulia dan memiliki kepedulian pada Islam. Mereka bisa dijadikan tempat sharing ketika suatu ketika kita butuh penguatan komitmen keimanan atau perlu nasehat

Me Time.
Waktu pribadi ( me time) sangat dibutuhkan agar ia tak jenuh atau future dalam melaksanakan semua aktivitas hariannya yang seolah – olah tak henti. Me time bisa berujud membaca buku bermanfaat, menghafal Al-Qur’an, kunjungan ke saudara, refreshing dan lain – lainnya yang disesuaikan dengan minat atau hobinya. Perlu pula ia memiliki ibadah special / unggulan yang bias memperberat timbangan disisi Allah seperti puasa, sholat, dzikir, dan lain – lain.

Berolah Raga
Pisik yang perlu fresh, diantaranya dengan olah raga seperti berjalan kaki, bersepeda, senam ringan. Dengan badan sehat dan kuat Insya Allah aktivitas sebagai ibu rumah tangga akan lancar. Bukankah Rasulullah juga pernah mengadakan lomba lari dengan Aisyah ?. Selain itu olah raga bisa merekatkan hubungan dengan suami – anak.

Menghasilkan Karya
Subhanallah betapa bahagianya seorang suami ketika istrinya mampu mengemban amanah rumah tangga dengan baik seperti : mampu mencetak anaknya hafal Al-Qur’an. Ini karya besar buah dari mendidik anak ala Nabi. Mampu menjadikan buah hatinya berakhlak santun , lembut dan suka membantu orang tua.

Bentuk karya lain adalah berupa masakan / produk makanan, kerajinan, pandai menjahit dan lain –lain yang bermanfaat untuk diri dan orang lain.

Demikianlah secara singkat tips dan kiat agar menjadi ibu rumah tangga yang penuh percaya diri. Hadapi segala masalah dengan simple dan mudahkan urusan.

“Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kalian mempersulitnya, buatlah mereka tenang dan jangan membuat mereka lari”.

“Fokus pada kelebihan diri sendiri , niscaya anda akan penuh percaya diri”.

Cemburu Dalam Islam

Cemburu seringkali menghiasi panggung pernikahan. Perasaan ini terkadang membuat kehidupan rumah tangga lebih mempesona ketika dimaknai sebagai perasaan cinta kepada pasangan bukan sekedar cemburu buta yang lebih didominasi nafsu dan bisikan setan, namun cemburu romantis yang mampu mempererat benang-benang asmara agar lebih beraroma sayang. Menguatkan kembali jalinan kasih mesra yang seolah pudar dengan berbagai kesibukan psikis dan fisik yang mulai mengendorkan ikatan cinta diantara pasutri. Cemburu yang berakhir indah ketika pasutri mampu mengelolanya dengan bijak, bukan api cemburu yang berakhir tragis dengan perceraian.

Seorang penyair berkata :

Alangkah indahnya cemburu yang terjadi hanya sekali saja

Dan alangkah buruk cemburu yang terjadi setiap waktu

Barangsiapa yang senantiasa menuduh pasangannya

Dan senantiasa mencurigainya berdasarkan dugaan semata

Maka ia rentan menggiring pasangannya untuk melakukan apa yang dituduhkan kepada dirinya secara terang-terangan. (Al-Kharimi)

Cemburu dalam batas yang normal adalah perkara yang wajar. Bahkan cemburu itu perkata yang disyariatkan, bahkan lelaki yang tidak cemburu terhadap istrinya diancam dengan ancaman yang keras. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ أَبَدًا : الدَّيُّوثُ وَالرَّجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ ، وَمُدْمِنُ الْخَمْرِ ) ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَّا مُدْمِنُ الْخَمْرِ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ ، فَمَا الدَّيُّوثُ ؟ ، قَالَ : ( الَّذِي لَا يُبَالِي مَنْ دَخُلُ عَلَى أَهْلِهِ ) ، قُلْنَا : فَمَا الرَّجُلَةُ مِنْ النِّسَاءِ ؟ قَالَ : ( الَّتِي تَشَبَّهُ بِالرِّجَالِ) .

“Ada tiga orang yang tidak masuk surga: ad dayyuts, wanita yang ar rajulah dan pecandu khamr”. Para sahabat bertanya: “wahai Rasulullah, adapun pecandu khamr kami sudah paham maksudnya, lalu apa makna ad dayyuts?”. Nabi bersabda: “yaitu orang yang tidak peduli siapa yang mendatangi anak-istrinya”. Para sahabat bertanya lagi: “Lalu apa wanita yang ar rajulah itu?”. Nabi menjawab: “Wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.10800, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 2367).

Al Munawi mengatakan:

أن الديوث ذلل حتى رأى المنكر بأهله فلا يغيره

“Ad dayyuts adalah sebuah kerendahan, sehingga ketika ia melihat anak-istrinya melakukan kemungkaran ia tidak cemburu” (Faidhul Qadir, 3/327).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

والديوث: الذي لا غيرة له

“Ad Dayyuts adalah lelaki yang tidak punya rasa cemburu” (Majmu’ Al Fatawa, 32/141).

Jangan Cemburu Melebihi Batas

Namun cemburu itu merupakan bumbu pernikahan bukan pemantik perseteruan diantara pasutri. Ibnul Qayyim mengatakan, “Cemburu mempunyai batasan, jika batasan ini dilanggar maka ia akan berubah menjadi tuduhan dan persangkaan yang buruk terhadap orang yang baik, dan jika kurang dari batasan ini, maka ia akan berubah menjadi kelalaian dan kesembronoan”. (Dikutip dari Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah hal. 164)

Sebagaimana gambaran konkret seorang suami yang bertaqwa hendaklah cemburu pada istrinya ketika ia melanggar perintah Allah Ta`ala, seperti bergaul dengan lawan jenis tanpa ada kebutuhan mendesak, atau berdandan dengan memamerkan auratnya kepada lelaki asing, bertelepon ria atau sibuk di dunia maya tanpa keperluan penting dan berbagai ungkapan dan prilaku negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Demikian pula para istri shalihah hendaklah ia bersikap bijak dan tidak mudah terprovokasi tanpa bukti nyata ketika mendengar berita miring tentang pasangannya. Crosscek dan kedepankan perasaan positif dan selesaikan dengan kepala dingin dan baik-baik ketika ada indikasi ketidaksetiaan pasangan. Barometer utamanya adalah landasan syariah.

Dan kehidupan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun tak terlepas dari cemburu, justru dengan cemburu nuansa pernikahan lebih menggigit, masing-masing istri saling berlomba-lomba memikat suami dengan berbagai kiat. Inilah potret cemburu romantis sepanjang masa yang hendaklah dijadikan sandaran kemesraan pasutri dalam meniti bahtera pernikahan.

Tips Mengatasi Cemburu

Yakinlah pada diri sendiri bahwa pasangan hidup Anda adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri. Dialah jodoh Anda dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan perlu disadari bahwa setiap rumah tangga pasti ada saja permasalahan yang semua ini perlu dicari solusinya. Bukan membiarkan persoalan domestik rumah tangga. Inilah setidaknya warning atau peringatan agar masing-masing pasutri menyadari bahwa hidup berumah tangga merupakan medan perjuangan bukan sekedar arena bersenang-senang. Semua ada konsekuensinya.

Ada kiat-kiat taktis dalam mengontrol cemburu agar tetap dalam koridor syariat :

1. Ridha dengan takdir Allah Ta`ala

2. Tidak membiarkan rasa gelisah pada diri kita supaya sikap kepada pasangan tidak berubah.

2. Berlindung kepada Allah dari gangguan setan, tidak terpengaruh dengan mimpi-mimpi yang buruk.

3. Berpikiran jernih / tidak menurutkan perasaan.

4. Bersungguh-sungguh menjaga diri.

5. Berdoa kepada Allah

6. Melihat akibat buruk, menghindari resiko tindakan buruk sangka pada pasangan.

7. Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.

8. Berdzikir, membaca Al-Qur`an, shalat dan belajar ilmu agama.

9. Bersikap optimis.

10. Berangan-angan yang baik

(dikutip dari Bekal Berharga Menjadi Ibu Serba Bisa, Sekolah Ibu, hal. 44-45).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya kecemburuan itu ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci oleh-Nya. Adapun kecemburuan yang disukai adalah kecemburuan pada hal-hal yang pasti, sedangkan yang dibenci oleh-Nya adalah kecemburuan pada hal-hal yang tidak pasti” (HR. Ahmad dalam Musnadnya, An-Nasa`i dan Ibnu Hibban dengan status hasan).

Wallahu a’lam.

Komik Islami Keluarga Bahagia Dalam Islam

Keluarga Bahagia dalam Perspektif Islam
.
1. Istri yang Sholehah
. Siapa juga kan yaa, yang ngga mau punya istri sholehah, Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dunia adalah harta dan sebaik-baiknya harta adalah wanita yang shalehah.”(HR. Muslim no 1467)
 Dari hadist tersebut, telah jelas bahwa kedudukan wanita shalehah lebih mulia dibandingkan harta di dunia. .

2. Anak-anak yang berakhlakul karimah
Anak adalah salah satu elemen penting dari keluarga. Diriwayatkan oleh Dailami, dari Ibn Asaskir, Rasulullah SAW bersabda: “Ada empat kunci kebahagiaan bagi seseorang muslim, yaitu mempunyai isteri yang salehah, anak-anak yang baik, lingkungan yang baik dan pekerjaan yang tetap di negerinya sendiri.”
.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
. “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
.
3. Keluarga yang barokah

4. Keluarga sakinah (Penuh Ketenangan)
.Sakinah memiliki arti ketenangan, kedamaian, ketentraman, dan keamanan. Untuk mencapai keluarga sakinah yaitu keluarga yang penuh kedamaian, pasangan suami istri harus bisa menjalani hidupnya sesuai dengan prinsip keimanan, saling menyayangi satu sama lain, menerima kekurangan masing-masing, dan saling melengkapi.

5. Keluarga mawaddah (Saling Mencintai)
.Secara bahasa, mawaddah didefinisikan sebagai  rasa cinta. Keluarga yang mawaddah berarti keluarga yang kehidupannya diliputi dengan cinta dan penuh harapan. Apabila suami-istri bisa saling mencintai, maka insyaAllah rumah tangganya akan terasa lebih indah, harmonis, dan langgeng.

6. Keluarga yang rahmah (Saling Menyayangi dan dirahmati Allah SWT) .Wa Rahmah merupakan kelanjutan dari mawaddah (cinta), dimana Wa berarti “dan”, Rahmah berarti “rahmat atau karunia atau anugerah Allah SWT”.
Semoga bermanfaat.
Barakallahu fiikum ✨😊

Komik Islami Lainnnya:

– Komik Islami Keluarga Bahagia Dalam Islam
– Sholat Jangan Buru-Buru
– Komik Pahlawan Islam Anas bin Nadhar
– Komik Mantan Napi Berulah Lagi
– Bantuan Dari Allah Saat Kesulitan
– 3 Hal Yang Dilakukan Saat Bangun Untuk Sahur
– Kenapa Dia Begitu Cinta Al-Qur’an

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

– Komik Islami Pakai Yang Kanan
– Komik Islami Simple
– Jangan Benci Muslimah Bercadar
– Waspada 3 Pintu Menuju Neraka
– Kalau Sholat Jangan Lari Larian

– Perlunya Kerjasama Dalam Rumah Tangga
– Baju Koko Vs Jersey – Komik Islami
– Dunia Hanya Sementara
– Komik Islami Bahasa Inggris
– Komik Islami Tarawih Surat Pendek

– Kisah Pendek Khutbah Jum’at
– Menunggu Punahnya Corona
– Komik Pendek Islami
– Jangan Pernah Menunda Ibadah
– Komik Islami Hitam Putih

– Parno Karena Batuk Corona
– Komik Islami Doa Pejuang Nafkah
– Komik Islami Muslimah Memanah Dan Tahajud
– Komik Islami Hidup Bahagia
– Komik Islami Nasehat Dan Renungan
– Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia Yang Sebenarnya

– Komik Islami Sakit Penggugur Dosa
– Komik Nasehat Islami Adab Menguap
– Lupa Rakaat Sholat – Komik Islami
– Komik Islami Saling Mendoakan
– Hari Pertama Puasa
– Adab Masuk Rumah Kosong

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com