Tag: doa

Doa Memohon Petunjuk Dan Istiqomah



Doa Memohon Petunjuk Dan Istiqomah

اللهُمَّ اهْدِنِي وَسَدِّدْنِي

Ya Allâh, berilah aku petunjuk, dan luruskanlah aku.

Ini adalah doa yang diajarkan Rasul  Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu. Terkandung di dalamnya dua permintaan agung, yaitu memohon petunjuk (al-hudâ) dan memohon kelurusan (as-sadâd). Dan dua hal ini tidak akan diraih hamba kecuali dengan taufik dan hidayah-Nya.

Maksud dari al-hudâ adalah mengetahui kebenaran secara rinci dan global, serta diberi taufiq untuk mengikutinya secara zahir dan batin.

Sedangkan as-sadâd adalah agar sejalan dengan kebenaran, mendapatkan petunjuk dan sunnah ; yaitu dengan konsekuen memegang apa yang diajarkan Rasul  Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Dalam doa ini terkandung makna firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah aku jalan yang lurus [Al-Fâtihah/ 1: 6]

Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar (istiqamah), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Mahamelihat apa yang kamukerjakan.[Hûd/ 11: 112].

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi wejangan kepada Ali Radhiyallahu anhu, yaitu kala mengucap doa ini, agar menghayati gambaran yang diberikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; yaitu menggambarkan petunjuk seperti halnya seseorang yang ditunjuki jalan yang benar kala tersesat ; dan menggambarkan keadaan lurus (istiqamah) seperti halnya orang yang membidikkan anak panah, di mana ia berusaha untuk meluruskan bidikan panahnya ; sehingga iapun tidak menggeser arah anak panahnya ; agar bidikannya tepat dan tidak meleset. Ini ditunjukkan sabda Nabi setelahnya : dan mengenai petunjuk, ingat-ingatlah bagaimana engkau ditunjuki jalan yang benar (kala tersesat) ; dan mengenai keadaan lurus, ingat-ingatlah bagaimana (engkau) meluruskan (bidikkan) anak panah.[HR. Muslim]

Maka “musafir” yang meniti jalan akhirat lebih sangat membutuhkan petunjuk-Nya, daripada butuhnya musafir dunia kepada orang yang menunjukkan jalan yang ia tuju. Demikian pula orang yang lurus istiqamah di jalan kebenaran, ia sepertihalnya orang yang tepat sasaran mengenai bidikan panahnya.

Diadaptasikan dari SyarhThâ’ifah Min al-Ad’iyah Syaikh Abdur Razzaq al-Abbad hafizhahullâh.

Konten Islami Lainnnya:

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Doa Agar Tegar Dan Menerangi Manusia Dengan Kebaikan



Doa Agar Tegar Dan Menerangi Manusia Dengan Kebaikan

اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِي وَاجْعَلْنِي هَادِيًا مَهْدِيًّا

Ya Allâh, teguhkanlah aku! Dan jadikanlah aku sebagai pemberi petunjuk dan sekaligus mendapat petunjuk.

Asal doa ini adalah bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Jarir Bin Abdillah al-Bajali Radhiyallahu anhu : “Wahai Jarir! Buat aku nyaman dari Dzul Khalashah (dengan melenyapkannya)”. Yaitu sebuah bangunan (terdapat berhala di sana) milik Khats’am yang biasa disebut dengan Ka’bah Yamaniyah. Maka Jarir pun segera bertolak bersama 150 ksatria berkuda. Dan Jarir saat itu mengeluhkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dirinya yang tidak bisa duduk mantap di atas pelana kudanya. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk dada Jarir, dan mendoakannya: “Ya Allâh, teguhkanlah ia, dan jadikan ia pemberi petunjuk sekaligus mendapat petunjuk.”

Dalam doa ini terkandung permohonan agar diberi ketegaran dan kekokohan dalam segala hal; baik tegar secara fisik maupun mental; baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Permohonan agar diberi kekokohan tersebut sifatnya umum dan menyeluruh, seperti yang ditunjukkan dalam ungkapan tersebut yang tidak menyebutkan obyeknya (maf’ul bih). Artinya tegar dalam segala hal. Tegarnya hati sekaligus fisik dalam menghadapi musuh, tegar menghadapi fitnah, syahwat, syubhat, tegar saat menjemput kematian agar tidak disesatkan syetan, tegar di alam Barzakh, juga tegar di hari akhir di atas Shirat. Ini adalah termasuk jawâmi’ul kalim dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; ungkapan dengan lafazh singkat, namun sarat arti dan dalam cakupannya.

Doa ini juga memuat permohonan agar Allâh Azza wa Jalla memberikan kepadanya petunjuk (petunjuk taufiq), sekaligus agar ia memberi petunjuk kepada orang lain; yaitu dengan menunjukkan kebaikan kepada orang lain. Ini adalah nikmat Allâh Azza wa Jalla yang begitu luhur bagi hamba; yaitu agar Allâh Azza wa Jalla mengokohkannya di atas agama ini dan memberinya petunjuk-Nya, kemudian agar Allâh Azza wa Jalla menganugerahkan kepadanya taufik untuk berdakwah menyeru manusia pada yang makruf dan mencegah yang mungkar.

Lihat Syarh ad-Du’â’ Min al-Kitab wa as-Sunnah doa no 131.

Konten Islami Lainnnya:

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Doa Minta Ampunan Pada Hari Pembalasan



Doa Minta Ampunan Pada Hari Pembalasan

رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
Ya Rabbi, ampunilah kesalahanku pada hari Pembalasan!

 Ungkapan tersebut diucapkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kala ditanya Aisyah: “Ibnu Jud’an, pada masa jahiliah ia menyambung tali kekerabatan, memberi makan orang miskin, apakah itu bermanfaat baginya?” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak wahai Aisyah! Sesungguhnya ia sama sekali tidak pernah mengatakan: Ya Rabbi, ampunilah kesalahanku pada hari Pembalasan!” [HR. Muslim]

artinya ia tidak percaya dengan hari kebangkitan. Dan orang yang tidak mengimaninya, maka ia kafir, amalnya tidak bermanfaat baginya (di akhirat).

Doa yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menunjukkan urgensi berdoa dengan tersebut. Pun telah datang dari Ibrahim Khalilur Rahman ucapan beliau:

وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat. [Asy-Syu’ara/ 26: 82]

Bila kekasih Allâh saja sangat mengharap agar diampuni kesalahannya pada hari Kiamat, maka kitapun sangat lebih dituntut untuk memohonnya dengan sangat. Sebab orang yang diampuni Allâh, artinya ia telah selamat dari setiap mara bahaya, dan tercapailah apa yang didambakannya pada hari yang sangat mencekam tersebut.

Penyebutan hari pembalasan (yaumuddin) dalam doa ini untuk menghadirkan permintaan agung, pada hari di mana hamba ketika itu sangat membutuhkan ampunan Rabb-nya.  Yaumuddin adalah yaumul jaza’ (hari pembalasan) dan hari perhitungan amal. Dan di antara nama Allâh adalah Ad-Dayyân; yaitu Yang menghisab dan membalas sekalian hamba. Allâh Azza wa Jalla akan memutuskan perkara mereka dengan timbangan keadilan dan kebenaran pada hari pembalasan. Maka dari itu sudah seharusnya bagi hamba untuk memperhatikan doa ini.

(Syarh ad-Du’a min al-Kitab wa as-Sunnah; doa no 145)

Cara Meraih Doa Mustajab



Meraih Doa Mustajab

MERAIH DOA MUSTAJAB [1]

Doa, di dalam Islam memiliki kedudukan sangat agung. Doa merupakan ibadah yang sangat dicintai oleh Allah. Doa merupakan bukti ketergantungan seorang hamba kepada Rabb Subhanahu wa Ta’ala dalam meraih apa-apa yang bermanfaat dan menolak apa-apa yang membawa mudharat baginya. Doa merupakan bukti keterkaitan seorang manusia kepada Rabb-nya, dan kecondongannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwasannya tiada daya dan upaya melainkan dengan bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala .

PERBANYAKLAH DOA

Sebagian orang ada yang beranggapan, bahwa dirinya tidak selayaknya banyak meminta kepada Allah. Dia menganggapnya sebagai suatu aib. Menilainya sebagai sikap kurang bersyukur kapada Allah atau bertentangan dengan sifat qana’ah. Akhirnya ia menahan diri tidak meminta kepada Allah, kecuali dalam perkara-perkara yang dia anggap penting dan mendesak. Sedang dalam masalah-masalah yang dianggapnya ringan dan sepele, ia merasa enggan meminta kepada Allah.

Pemahaman seperti ini, jelas merupakan kekeliruan dan suatu kejahilan. Kerena doa termasuk jenis ibadah, dan Allah Azza wa Jalla marah jika seorang hamba enggan meminta kepadaNya.

Dalan sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

Sesungguhnya doa adalah ibadah. [2]

Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb-mu berfirman: “Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. [al Mu`min/40 : 60].

Doa ini -dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala – sangat bermanfaat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

الدُّعَاءُ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ

Doa itu bermanfaat bagi apa-apa yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi. Hendaklah kalian memperbanyak berdoa, wahai hamba-hamba Allah.[3]

Seorang muslim, selayaknya banyak berdoa setiap waktu. Karena doa merupakan ibadah yang memiliki kedudukan sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada doa”. [4]

DOA TIDAK PERNAH MEMBAWA KERUGIAN

Seseorang yang meninggalkan doa berarti ia merugi. Sebaliknya seseorang yang berdoa, ia tidak akan pernah merugi atas doa yang dipenjatkannya, selama ia tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutuskan tali silaturrahmi. Karena doa yang dipanjatkannya, pasti disambut oleh Allah, baik dengan mewujudkan apa yang dia minta di dunia, atau mencegah darinya keburukan yang setara dengan yang ia minta, atau menyimpannya sebagai pahala yang lebih baik baginya di akhirat kelak. Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ

Tidak ada seseorang yang berdoa dengan suatu doa, kecuali Allah akan mengabulkan yang ia minta, atau Allah menahan keburukan dari dirinya yang semisal dengan yang ia minta, selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau untuk memutuskan tali silaturrahim. [5]

Oleh karena itu, janganlah seorang hamba merasa keberatan meminta kepada Rabb-nya dalam urusan-urusan dunianya, meskipun urusan tersebut dianggapnya sepele, terlebih lagi dalam urusan akhirat. Karena permintaan itu merupakan bukti ketergantungan yang sangat kepada Allah, dan kebutuhannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam semua urusan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengatakan :

إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلْهُ يَغْضَبْ عَلَيْهِ

Sesungguhnya, barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan marah kepadanya.[6]

ADAB-ADAB YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERDOA

Dalam berdoa, ada beberapa perkara dan adab yang harus diperhatikan oleh seseorang, sehingga doanya mustajab.

Pertama : Memasang niat yang benar. Seseorang yang berdoa, hendaklah meniatkan dalam doanya tersebut untuk menegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menggantungkan kebutuhannya kepadaNya. Karena siapa saja yang mengggantungkan hajatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , niscaya ia tidak akan rugi selama-lamanya.

Kedua : Berdoa dalam keadaan bersuci. Cara seperti ini lebih afdhal. Hanya saja, jika seseorang berdoa dalam kondisi tidak berwudhu’, maka hal itu tidak mengapa.

Ketiga : Meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menengadahkan telapak tangan.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

إِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلَا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا

Jika engkau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka mintalah dengan menengadahkan telapak tangan, dan janganlah engkau memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan.[7]

Kaifiatnya adalah, dengan mengarahkan telapak tangan ke wajah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam[8]. Atau dengan cara mengangkat tangan hingga nampak putih ketiaknya (bagian dalam ketiaknya). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ عَبْدٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ إِبِطُهُ يَسْأَلُ اللَّهَ مَسْأَلَةً إِلَّا آتَاهَا إِيَّاهُ

(Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga nampak ketiaknya dan memohon suatu permohonan, kecuali Allah mengabulkan permohonannya itu).[9] Cara seperti menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Allah, kebutuhannya kepada Allah, dan permohonannya yang sangat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Keempat : Memulai dengan mengucapkan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cara seperti ini menjadi sebab lebih dekat kepada terkabulnya doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya dan dia tidak mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala , tidak bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang ini terburu-buru,” kemudian Rasulullah memanggilnya dan bersabda :

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ

Jika salah seorang dari kalian shalat, hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , kemudian bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , setelah itu ia berdoa dengan apa yang ia inginkan.[10]

Kelima : Bershalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Jika ia meninggalkan shalawat atas Nabi, doanya bisa terhalang. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Semua doa terhalang, sehingga diucapkan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam[11] .

Keenam : Memulai berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu. Demikian ini yang diisyaratkan dalam al Qur`an, seperti ayat:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ

Ya Rabb-ku! Ampunilah aku, dan ibu bapakku …… [Nuh/71 : 28].

Ketujuh : Bersungguh-sungguh dalam meminta. Janganlah seseorang ragu-ragu dalam doanya, atau ia mengucapkan pengecualian dengan mengucapkan “jika Engkau berkehendak ya Allah, berikanlah kepadaku ini dan ini”. Doa seperti itu dilarang, karena tidak ada sesuatupun yang dapat memaksa kehendak Allah.

Kedelapan : Menghadirkan hati dalam berdoa. Seorang hamba, hendaklah menghadirkan hati, memusatkan pikiran, mentadaburi doa yang ia ucapkan, serta menampakkan kebutuhan dan ketergantungannya kepada Allah. Janganlah ia berdoa dengan lisannya, namun hatinya entah kemana. Karena doa tidak akan dikabulkan dengan cara seperti itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

Berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , sementara kalian yakin doa kalian dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah. [12]

Kesembilan : Berdoa dengan kata-kata singkat dan padat, serta doa-doa yang ma’tsur. Tidak syak lagi, kata-kata yang paling padat dan paling singkat dan paling agung berkahnya adalah, doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Doa-doa seperti itu banyak terdapat di dalam buku-buku As Sunnah.

Kesepuluh : Bertawasul dengan nama dan sifat-sifat Allah. Allah Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا

Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma-ul husna itu … … [al A’raf/7 : 180].

Atau seseorang bertawasul dengan amal shalih yang telah dia lakukan, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang mashur tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa. Atau bertawasul dengan doa orang shalih yang mendoakan untuknya. Dalil-dalil yang menunjukkan hal ini banyak ditunjukkan di dalam al Qur`an maupun Sunnah Nabi.

Kesebelas : Memperbanyak ucapan “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلِظُّوا بِيَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Ulang-ulangilah ucapan Yaa Dzal Jalaali Wal Ikraam. [13]

Yaitu selalu ucapkan dan perbanyaklah dalam doa-doa kalian. Karena hal itu merupakan kata-kata pujian yang sangat tinggi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling agung. Dengan memperbanyak membacanya akan membantu terkabulnya doa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Keduabelas : Mencari waktu-waktu yang mustajab dan tempat-tempat yang utama. Ada beberapa waktu dan tempat-tempat yang utama, sebagaimana telah disebutkan di dalam nash-nash. Orang yang berdoa, sebaiknya mencari waktu tersebut dan memperbanyak doa pada waktu-waktu tersebut. Di antara waktu-waktu yang utama dan mustajab adalah, waktu antara adzan dan iqamah, di dalam shalat, setelah selesai mengerjakan shalat-shalat fardhu, pada waktu sore hari, ketika berbuka puasa, di bagian akhir malam, dan sesaat pada hari Jumat -yaitu saat-saat terakhir pada hari Jumat- dan hari-hari di bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, pada hari ‘Arafah, pada waktu mengerjakan haji, di sisi Ka’bah, serta waktu-waktu dan tempat-tempat lainnya yang disebutkan di dalam atsar.

Ketigabelas : Memperbanyak doa pada saat-saat lapang. Upaya ini agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan permintaannya pada saat-saat sempit. Karena termasuk hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala mentakdirkan suatu bala (musibah), bahwasanya Allah menyukai mendengarkan rintihan hambaNya kepadaNya. Allah senang melihat para hamba kembali kepadaNya pada saat-saat sempit dan tercekam. Namun apabila seorang insan itu bertadharru’ pada saat-saat ia lapang, maka akan segera dikabulkan baginya permintaan-permintaannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengatakan :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya pada saat-saat sempit dan kesulitan, maka hendaklah ia banyak-banyak berdoa pada saat-saat ia lapang.[14]

PERKARA-PERKARA YANG HARUS DIHINDARI BAGI ORANG YANG BERDOA

Untuk mendukung agar doa seseorang dikabulkan, seseorang harus menghindari beberapa perkara yang dapat menghalangi terkabulnya doa.

Pertama : Mengkonsumsi makanan yang haram. Karena ini termasuk perkara yang menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Seorang laki-laki yang panjang perjalanannya, rambutnya acak-acakan dan berdebu, ia mengangkat tangannya ke langit dan mengatakan : “Ya Rabbi, ya Rabbi,” sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan barang yang haram, bagaimana ia akan diterima doanya?[15]

Kedua : Terburu-buru dalam meminta dikabulkannya doa. Permintaan yang tergesa-gesa itu dilarang, dan dapat menghalangi terkabulnya doa. Seseorang yang berdoa juga tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala . Sikap terburu-buru bisa dikategorikan sebagai bentuk pendustaan terhadap janji Allah Subhanahu wa Ta’ala , padahal Allah telah berjanji mengabulkan doa. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kamu selama dia tidak terburu-buru; ia mengatakan “Aku sudah berdoa, namun tidak dikabulkan bagiku”.[16]

Ketiga : Berlebih-lebihan atau melampaui batas dalam berdoa. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdo’alah kepada Rabb-mu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. [al A’raf/7 : 55].

Sa’ad Radhiyallahu anhu pernah melihat anak laki-lakinya berdoa, dan ia berkata dalam doanya : “Ya Allah, aku memohon kepadaMu surga, kenikmatannya, kemegahannya, begini dan begini. Dan aku berlindung kepadaMu dari api neraka, dari rantainya, belenggunya, begini dan begini”.

Mendengar doa anaknya tersebut, Sa’ad Radhiyallahu anhu berkata: Wahai anakku, sesunggunya aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

سَيَكُونُ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ فَإِيَّاكَ أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ إِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَ الْجَنَّةَ أُعْطِيتَهَا وَمَا فِيهَا مِنَ الْخَيْرِ وَإِنْ أُعِذْتَ مِنَ النَّارِ أُعِذْتَ مِنْهَا وَمَا فِيهَا مِنَ الشَّرِّ

“Akan ada nanti kaum yang melampaui batas dalam berdoa. Jangan sampai engkau masuk ke dalam golongan mereka. Jika engkau diberikan surga, niscaya engkau akan diberikan semua apa yang ada di dalamnya. Jika engkau dihindarkan dari api neraka, niscaya engkau akan dihindarkan darinya dan seluruh keburukannya”.

Keempat : Meminta perkara-perkara yang mustahil. Seperti seseorang yang berdoa agar dapat melihat Nabi dalam keadaan terjaga, atau ia berdoa agar dijadikan sebagai malaikat, atau ia berdoa meminta kekuatan, yang dengan kekuatan itu ia dapat mengangkat gunung, atau meminta kepada Allah berupa an nubuwah (kenabian). Karena hal itu tidaklah mungkin. Bahkan kalau ia meyakini diturunkannya nubuwah setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka ia bisa kafir karena hal itu. Dan permintaan seperti itu juga termasuk bentuk berlebih-lebihan dalam berdoa. Allahu a’lam.

Demikian, mudah-mudahan Allah berkenan memberikan taufiq kepada kita untuk senantiasa berdoa kepadaNya, dan menjadikan doa-doa kita sebagai doa yang mustajab. Billahit taufiq.

Sumber:

[1]. Diangkat dari kitab Muashu’ah Adab Islami.
[2]. HR Ahmad, IV/267; Abu Dawud, 1479 dan at Tirmidzi, 2969 dan dishahihkan olehnya; Ibnu Majah, 3828; al Hakim, I/491 dan dishahihkannya; dan disetujui oleh adz Dzahabi; Ibnu Hibban, 887h/II/124 dalam Kitab al Ihsan. Al Baihaqi dalam asy Syu’ab, 1105 dan Ibnu Abi Syaibah, 29167h/VI/21; al Bukhari dalam Adabul Mufrad, hlm. 105; Ibnu Jarir dalam tafsirnya, no. 1 3038/11; dari Nu’man bin Basyir. Silahkan lihat Shahih al Jaami’, 3407.
[3]. HR Tirmidzi, 3048 dan al Hakim, I/493 dari Ibnu Umar. Shahih al Jaami’, 3409.
[4]. HR Ahmad, II/362 dan at Tirmidzi, 3370 dan dihasankannya; al Hakim, I/390 dan disetujui oleh adz Dzahabi dan yang lainnya dari Abu Hurairah. Silahkan lihat Shahih al Jaami’, 5392.
[5]. Telah disebutkan takhrijnya.
[6]. HR at Tirmidzi, 3373 dan Ibnu Majah, 3727 dari Abu Hurairah. Silahkan lihat dalam Shahih at Tirmidzi, 2686.
[7]. HR Abu Dawud, 1486 dari Malik bin Yasar; Shahih Abu Dawud, 1318. Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan yang lainnya.
[8]. HR ath Thabrani dalam kitab al Kabir, 12234h/11 dari Ibnu Abbas. Dan diriwayatkan dari as Saib bin Khallad. Shahih al Jaami’, 4721.
[9]. HR at Tirmidzi, 3603 dari Abu Hurairah. Shahih at Tirmidzi, 2853.
[10]. HR Abu Dawud, 1481; an Nasaa-i, 44/3; at Tirmidzi, 3477 dan dishahihkannya, dari Fudhalah bin ‘Ubaid. Silahkan lihat Shahih Abu Dawud, 1314.
[11]. HR ad Dailami dalam Musnad al Firdaus, III/4791 dari ‘Ali. Dalam hadits lain diriwayatkan dari Anas. Juga dari ‘Ali secara mauquf yang diriwayatkan ath Thabrani di dalam al Ausath, dan al Baihaqi di dalam asy Syu’ab. Berkata al Haitsami di dalam al Majma’, X/160 : “Para perawinya tsiqat”. Silahkan lihat Shahih al Jaami’, 4523.
[12]. HR at Tirmidzi, 3479 dan al Hakim, 493/1 dari Abu Hurairah. Lihat Shahih at Tirmidzi, 2766.
[13]. HR at Tirmidzi, 3525 dan yang lainnya, dari Anas. Lihat dalam Shahih at Tirmidzi, 2797. Dan diriwayatkan juga dari hadits Rabi’ah.
[14]. HR at Tirmidzi, 3382; al Hakim, I/544 dan dishahihkannya, dan disetujui oleh adz Dzahabi dari Abu Hurairah. Silahkan lihat dalam Shahih at Tirmidzi, 2693.
[15]. HR Muslim, 1015 dari Abu Hurairah.
[16]. HR al Bukhari, 6340 dan Muslim, 2735, dari Abu Hurairah.
[17]. HR Ahmad, I/172 dan Abu Dawud, 1480, dari Sa’ad. Shahih Abu Dawud, 1313

Doa Bertemu Malam Lailatul Qadar



Doa Bertemu Malam Lailatul Qadar

Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata : “Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam itu adalah malam lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau shalallahu alaihi wasallam menjawab : Katakanlah

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

”Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).

HR. Tirmidzi 3513

Doa Supaya Mencintai Allah Dan Dicintai Allah

Doa yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam untuk meraih kecintaan Allah :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِى يُبَلِّغُنِى حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى وَأَهْلِى وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

(Allohumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wal ‘amalal-ladzii yubbaligunii hubbaka. Allohummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii wa minal-maa’il-baarid)

“Ya Allah, aku mohon padaMu cintaMu dan cinta orang yang mencintaiMu, amalan yang mengantarkanku menggapai cintaMu. Ya Allah, jadikan kecintaanku kepadaMu lebih aku cintai daripada cintaku pada diriku sendiri, keluargaku, dan air dingin.”

HR. At-Tirmidzi dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, Hasan oleh At-Tirmidzi

Doa Safar Perjalanan Jauh



Doa Safar Perjalanan Jauh

Doa safar yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

(Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna  lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.)

“Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.”

HR. Muslim 1342, dari Abdullah bin Umar

Konten Islami Lainnnya:

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Doa Berlindung Dari Hilangnya Nikmat



Doa Berlindung Dari Hilangnya Nikmat

Rasulullah shallahu alaihi wasallam berdoa :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksaMu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaanMu.”

HR. Muslim 2739

Doa Sapu Jagad Pada Hari Tasyrik



Doa Sapu Jagad Pada Hari Tasyrik

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” (Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka).” (Qs. Al Baqarah: 200-201)

Dari shahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata :

ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻛْﺜَﺮُ ﺩُﻋَﺎﺀِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺁﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ، ﻭَﻓِﻰ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ، ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

“Do’a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Allahumma Rabbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzaban naar” (Ya Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka)” (HR. Bukhari 2389 dan Muslim 2690)

Ibnu Hajar al Asqolani rahimahullah berkata :

لَمْ يَدْعُ نَبِيّ وَلَا صَالِح بِشَيْءٍ إِلَّا دَخَلَ فِي هَذَا الدُّعَاء

“Tidaklah seorang nabi maupun orang shalih berdoa melainkan mereka menggunakan doa ini.” (Fathul Bari, 2: 322)

Konten Islami Lainnya:

– Jangan Benci Muslimah Bercadar
– Waspada 3 Pintu Menuju Neraka
– Kalau Sholat Jangan Lari Larian
– Perlunya Kerjasama Dalam Rumah Tangga
– Baju Koko Vs Jersey – Komik Islami
– Dunia Hanya Sementara
– Komik Islami Bahasa Inggris

– Komik Islami Tarawih Surat Pendek
– Kisah Pendek Khutbah Jum’at
– Menunggu Punahnya Corona
– Komik Pendek Islami
– Jangan Pernah Menunda Ibadah
– Komik Islami Hitam Putih

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Doa Untuk Berziarah Kubur



Doa Untuk Berziarah Kubur

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menganjurkan kepada kita sebuah doa saat kita sedang berziarah kubur.

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

(assalamu ’alaikum ahlad-diyaar minal mu’miniina wal muslimiin. yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta’khiriin. wa inna in syaa alloohu bikum la-laahiquun wa as alullooha lanaa walakumul ‘aafiyah)

“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami in syaa Allah akan menyusul kalian, saya memohon keselamatan bagi kami dan bagi kalian.”

HR. Muslim 975

Konten Islami Lainnnya:

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com