Tag: komik Islami

Kisah Sahabat Abdullah bin Salam

Dulu terkisahkan pada masa  sebelum masuknya Islam ke Madinah, terdapat seorang yang alim dari bani Qawaqilah. Dimana ia adalah orang yang paham betul tentang makna dari kitab pegangan kaum Yahudi, kitab yang diturunkan kepada nabiyullah Musa A.S. yaitu kitab Taurat. Karena kealimanya tersebut, ia ditunjuk oleh kaumnya sebagai juru bicara. Orang tersebut adalah Hushain. Tidaklah meng- herankan jika seorang Hushain dapat paham sepenuhnya apa yang menjadi isi dari kitab Taurat, hal tersebut dikarenakan ia adalah cucu dari nabiyullah Yusuf bin Ya’qub A.S. yang menjelaskan makna yang terkandung dalam Taurat setelah kepergian ayah, Nabi Yusuf A.S. adalah Nabi yang menggantikan dakwah Tauhid. Maka tidak bisa dipungkiri darah yang dulu mengalir di tubuh kakeknya kini tersemai kembali di tubuh Hushain.

Diceritakan pada saat Rasul sampai ke Madinah, setelah mengalami perjalanan yang sulit bersama sahabat Abu Bakar, Rasul disambut meriah oleh penduduk Madinah. Para penduduk secara berbondong-bondong menghampiri Rasulullah. Dan dalam rombongan tersebut, terseliplah seorang yang bernama Hushain. Ketika ia melihat Rasul, Hushain merasakan bahwa dalam sosok Rasullah Muhammad SAW itu tidak terdapat setitikpun kebohongan dalam raut wajahnya. Setelah itu, ia mendengar Nabi bersabda, “ Wahai Manusia, semarakkanlah salam, berilah (orang yang tidak mampu) makanan, dan sambunglah tali persaudaraan, Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah hubungan kekerabatan dan shalatlah saat orang-orang sedang tidur maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” Dan sabda ini merupakan sabda Nabi yang pertama kali didengar oleh Hushain.

Setelah ia terperangah oleh sosok Nabi yang tak ada setitik kebohongan dalam raut wajahnya, Hushain menemui Nabi. Kemudian ia bertanya kepada Nabi, ia bertanya,  “Wahai Rasulullah, aku bertanya kepadamu tentang tiga perkara tidak akan ada yang dapat menjawab kecuali seorang Nabi.” Beliau bersabda: “Bertanyalah!” Ia berkata; “Apakah yang terjadi pertama kali dari tanda-tanda hari kiamat, apa yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga, dan dari mana seseorang dapat menyerupai bapaknya atau ibunya?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jibril ‘Alaihis Salam baru saja memberiku kabar, ” beliau bersabda: “Dia adalah musuh yahudi dari kalangan malaikat, ” beliau bersabda: “Tanda hari kiamat yang akan terjadi pertama kali adalah api yang keluar dari Timur yang akan menggiring manusia ke Barat, adapun sesuatu yang pertama kali dimakan penduduk surga adalah tambahan hati ikan hiu, adapun darimana seseorang dapat menyerupai bapak atau ibunya adalah apabila air mani laki-laki dapat mengungguli sel telur wanita maka akan keluar laki-laki, dan apabila sel telur wanita dapat mengungguli air mani laki-laki maka akan keluar wanita.”

Setelah mendengar jawaban Nabi  atas tiga pernyataan di atas, Hushain langsung bersaksi di hadapan Nabi untuk masuk Islam. Setelah keislamannya, Rasullah SAW mengganti nama Hushain menjadi Abdullah. Abdullah yang sudah masuk Islam dipercaya sahabat Anshar sebagai diplomat dari mereka dan ia juga tergabung dalam golongan sahabat khusus Nabi SAW.

Abdullah bin Salam selain terkenal karena kealimannya, ia juga terkenal karena sikapnya yang berani. Hal tersebut dibuktikan ketika ia mengucapkan kalimat syahadat di depan Rasul, ia berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang yahudi itu adalah kaum yang pendusta, kalau mereka mengetahui keislamanku mereka pasti akan menghinaku dihadapanmu. Maka utuslah seseorang agar memanggil mereka dan tanyakan kepada mereka tentang aku.” Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil mereka, lalu beliau bertanya kepada mereka: “Siapakah Abdullah bin Salam di menurut kalian?” Mereka menjawab; “Dia adalah orang terbaik kami dan anak dari orang terbaik dari kami, dia adalah ulama kami dan anak dari ulama kami, dia adalah orang yang paling fakih di antara kami dan anak orang yang paling fakih

di antara kami.” Beliau bertanya lagi: “Bagaimana menurut kalian, kalau seandainya dia masuk Islam, apakah kalian akan masuk Islam juga?” Mereka menjawab; “Mudah-mudahan Allah melindunginya dari hal itu (masuk Islam).” Anas berkata; “Maka Abdullah bin Salam keluar seraya mengatakan; “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Maka mereka berkata; “Dia adalah orang yang paling jelek di antara kami dan anak dari orang yang paling jelek di antara kami, dia adalah orang yang paling bodoh di antara kami dan anak dari orang yang paling bodoh di antara kami.” Lalu Abdullah bin Salam berkata; “Inilah yang paling aku khawatirkan.”

Karena keberaniannya Allah menyanjungnya sebagaimana yang termaktub dalam Firman-Nya :

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.

Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (al-Ahqaf:10)

Selain ayat di atas Allah juga mengisyaratkan Abdullah bin Salam dalam Q.S. Ar-Ra’d: 43

وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَسْتَ مُرْسَلًا قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ

Berkatalah orang-orang kafir: “Kamu bukan seorang yang dijadikan Rasul”. Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab”

Demikianlah sekelumit kisah Abdullah bin Salam seorang pembesar Yahudi yang masuk Islam karena pengetahuannya akan kitab Taurat. Sedang pelajaran yang dapat diambil dari kisah di atas adalah:

Pertama, sebagaimana kita tahu bahwa Abdullah bin Salam adalah seorang sosok yang alim di kalangan Yahudi, karena kealimannya tersebut, ia dapat mengetahui jalan yang benar yaitu Islam. Dari kisah di atas, sesuatu yang dapat kita petik adalah selayaknya umat Islam itu belajar dan belajar sehingga ia tahu apa yang harus ia lakukan dan tidak hanya ikut pada keadaan dan situasi yang ada di lingkungannya dimana keadaan dan kondisi tersebut belum tentu baik. Apalagi di era sekarang yang serba rumit, dimana kalau orang yang tak berpengetahuan maka ia akan terombang-ambing dalam gelombang masyarakat yang tidak jelas, sehingga dikhawatirkan ia akan terjurumus dalam lubang yang salah.

Kedua, kejujuran ilmiah yang ditunjukkan oleh Abdullah bin Salam. Dimana kejujuran ini ia buktikan dengan menjelaskan bahwa Yahudi adalah pendusta, kemudian ia menyuruh orang yang terpercaya agar membuktikannya. Dan apa yang menjadi ungkapan Abdullah bin Salam itu benar. Hal ini perlu karena kejujuran ilmiah itu sangat sulit ditemukan pada saat ini, hal ini terjadi lantaran banyak akademisi atau selainnya yang dengan mudah mengatasnamakan sebuah karya orang lain. Setelah diteliti dengan seksama bahwa karya tersebut merupakan hasil jerih payah orang lain.

Yang ketiga adalah sebelum kita percaya kepada orang lain selayaknya kita mengetahui orang tersebut. Dalam kisah di atas disebutkan bahwa pada saat Abdullah bin Salam melihat Rasul ia sudah percaya akan tetapi untuk menguatkan keyakinannya tersebut, ia kemudian bertemu langsung dengan Rasul kemudian menanyainya. Hal tersebut perlu dikarenakan ada sikap kehati-hatian untuk memberikan kepercayaan kepada orang lain. Dimana kalau kita salah menaruh kepercayaan tersebut, selain kita yang dirugikan, dalam benak kita juga akan muncul ketidak percayaan kepada seluruh manusia yang hanya disebabkan oleh beberapa orang yang menghianati kita.

Kisah Sahabat Abdullah bin Mas’ud

Abdullah bin Mas’ud adalah seorang sahabat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sahabat as Sabiqunal Awwalin, sahabat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak seperti umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al Qur’an, ia jauh melampaui para sahabat pada umumnya. Kisah keislamannya cukup unik, karena ia melihat dan mengalami secara langsung mu’jizat Rasulullah SAW.

Pertemuan Abdullah bin Mas’un Dengan Nabi Muhammad SAW
Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas’ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu’aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika saat sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi karena hanya melaksanakan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas’ud pun tidak bisa memenuhi permintaan itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya tidak mungkin mengeluarkan air susu.

Ibnu Mas’ud remaja memenuhi permintaan beliau tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi Muhammad SAW, beliau mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas’ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar ra datang dengan membawa batu cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar ra meminum susu tersebut sampai kenyang, kemudian memerah lagi dan memberikan kepada Ibnu Mas’ud. Dan terakhir Abu Bakar ra memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, beliau berkata, “Mengempislah!!”

Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali seperti semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.

Ibnu Mas’ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi Muhammad SAW tersebut. Maka beliau menyampaikan tentang risalah Islamiah yang beliau bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas’ud memeluk Islam.

Nabi Muhammad SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda, “Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!”

Tentu saja Ibnu Mas’ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi Muhammad SAW, apalagi saat itu ia hanyalah seorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, sejak sebelum beliau menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam. Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia mampu menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni Al Qur’an.

Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al Qur’an kepada orang-orang Quraisy karena mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas’ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi Muhammad SAW mengkhawatirkan keselamatannya, beliau ingin orang lain saja, yang mempunyai kerabat kaum Quraisy, yang bisa memberikan perlindungan jika ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas’ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata, “Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah pasti akan membela saya…!!”

Abdullah bin Mas’ud Membaca Al Quran Dihadapan Kaum Quraisy
Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya, dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka’bah, dan Nabi Muhammad SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur’an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya adalah Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya, “Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?”

Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa saat lamanya.

Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata, “Sungguh, yang dibacanya itu adalah apa yang dibaca oleh Muhammad…!!”

Merekapun bangkit menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur. Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih mampu melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke tempat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat berkumpul. Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akibat pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sahabat berkata, “Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!”

Tetapi dengan tegar Ibnu Mas’ud berkata, “Sekarang ini tak ada lagi yang lebih mudah bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…”

Mereka berkata, “Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!”

Nabi Muhammad SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memberikan komentar apa-apa.

Peristiwa tersebut menjadi pertanda awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al Qur’an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya dibutuhkan banyak orang, khususnya dalam bidang Al Qur’an.

Kemampuan yang Dimiliki Abdullah bin Mas’ud
Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau. Ia mendengar 70 surah Al Qur’an langsung dari mulut Rasulullah SAW, dan tidak ada sahabat lainnya yang sebanyak itu mendengar langsung dari Nabi Muhammad SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) peristiwa demi peristiwa yang berhubungan dengan surah-surah Al Qur’an. Jika ia mendengar kabar tentang seseorang yang mengetahui suatu peristiwa yang berhubungan dengan Al Qur’an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.

Tentang kemampuannya di bidang Al Qur’an, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barang siapa yang ingin mendengar Al Qur’an tepat seperti ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengarbacaan Al Qur’an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas’ud). Barang siapa ingin membaca Al Qur’an tepat seperti saat diturunkan, hendaklah ia membaca seperti bacaan Ibnu Ummi Abdin…” Beliau juga pernah bersabda, “Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…”

Bahkan tak jarang Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan beliau akan memerintahkannya berhenti setelah beliau tak dapat menahan tangis karena mendengar bacaannya. Beliau seolah dibawa “bernostalgia” dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, karena bacaannya memang tepat seperti saat ayat-ayat Al Qur’an itu diturunkan.

Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas’ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi bahan tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan sikat gigi (siwak) oleh Nabi Muhammad SAW. Melihat sikap mereka ini, beliau bersabda, “Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas’ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanyalebih berat daripada gunung Uhud….”

Abdullah bin Mas’ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar ra dan Umar ra.

Abdullah bin Mas’ud Saat Perang Badar
Ketika perang Badar usai, Nabi Muhammad SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas’ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sahabat lainnya. Sebenarnya saat pertempuran berlangsung, beliau telah didatangi dua pemuda Anshar, Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengaku telah membunuh Abu Jahal. Setelah memeriksa pedang kedua pemuda tersebut, beliau pun membenarkan pengakuan mereka. Hanya saja beliau ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.

Ibnu Mas’ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan akhirnya menemukan tubuh Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas’ud yang kecil berdiri di atas tubuh Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata, “Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!”

“Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah aku menjadi hina karena menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…”

Memang, dua pemuda Anshar yang membunuhnya adalah para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga jika saja yang membunuhnya adalah seorang pahlawan perang seperti Hamzah atau Umar ra. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas’ud yang masih menginjak lehernya, “Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing….”

Ibnu Mas’ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa lama kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi Muhammad SAW. Sampai di hadapan beliau, ia berkata, “Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!”

“Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia,” Beliau mengucap tiga kali, kemudian bersabda lagi, “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…”

Ada suatu peristiwa berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi keinginan dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar ra dan Umar ra sedang memakamkan jenazah salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi Muhammad SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar ra dan Umar ra berada di atas. Ia mendengar beliau bersabda, “Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!”

Nabi Muhammad SAW menerima jenazah Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian beliau berdo’a, “Ya Allah, aku telah ridha padanya, maka ridhai pula ia olehMu..!!”

Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas’ud berkata,”Alangkah baiknya jika akulah pemilik liang kubur itu….”

Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi karena tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya adalah sahabat Ammar bin Yasir.

Kisah Sahabat Abdullah bin Jahsy

Setiap hari, Abdullah bin Jahsy berusaha menghabiskan waktu bersama Muhammad SAW dan para sahabat agar bisa belajar banyak dari Rasulullah. Abdullah bin Jahsy sudah mengagumi sosok Muhammad SAW sebelum masa kenabian.

Lahir dan besar di permukiman sekitar Ka’bah, Makkah, dia masih berkerabat dengan Nabi Muhammad. Saudara perempuannya, Zainab binti Jahsy, kelak merupakan istri Nabi. Adapun ibunya, yakni Aminah binti Abdul Muththalib, merupakan saudara kandung kakek Nabi.

Tapi, kekaguman Abdullah bin Jahsy lantaran agungnya akhlak Muhammad sejak masa belia. Oleh penduduk Makkah, Muhammad diberi gelar al-Amin.

Ketokohan Muhammad muda semakin mencuat setelah peristiwa Hajar al-Aswad. Kala itu, para pemimpin kabilah Mak kah berebut mendapatkan kehormatan meletakkan kembali batu mulia tersebut ke Ka’bah.

Hal ini setelah pembenahan atas kompleks Baitullah tersebut hampir selesai sebagai penanggulangan bencana banjir yang sempat melanda. Masing-masing pemuka kabilah bersikeras bahwa mereka yang paling mulia di antara yang lain. Hampir saja, saling klaim ini berujung pada perang bila tidak ada inisiatif.

Mereka bersepakat menunjuk seorang penengah kepada siapa pun yang pertama kali masuk ke Baitullah keesokan pagi. Semua orang gembira ketika mendapati orang itu adalah Muhammad al-Amin.

Abdullah bin Jahsy termasuk yang menyaksikan kebijaksanaan Muhammad muda.
Al-Amin membentangkan kainnya dan meminta setiap kepala kabilah memegang tepi kain tersebut. Lantas, Hajar al-Aswad ditaruhnya di atas bentangan kain. Dengan demikian, setiap kabilah merasa terwakili karena sama- sama membawa batu mulia itu ke Ka’bah. Akhirnya, Muhammad meletak kan Hajar al-Aswad kembali pada dinding Ka’bah.

Sejak peristiwa tersebut, Abdullah bin Jahsy semakin terinspirasi oleh Muhammad.
Setiap hari, Abdullah bin Jahsy berusaha menghabiskan waktu bersama Muhammad dan para sahabat agar bisa belajar banyak darinya, baik dalam hal tutur kata, gagasan, maupun perilaku.

Suatu kali, Abdullah bin Jahsy tidak mendapati Muhammad di lokasi biasa para sahabat bertemu. Abdullah kemudian menyambangi rumah Muhammad dan mengetuk pintunya.

Istri Muhammad, Khadijah, memberi tahu Abdullah bahwa suaminya sedang berada di Gua Hira dalam jangka waktu cukup lama untuk menenangkan diri (berkhalwat).
Abdullah pulang dengan menanggung kekecewaan karena pada hari itu tidak bisa berjumpa dengan Muhammad.

Yang belum diketahuinya, Muhammad sudah mendapatkan wahyu pertama dari Allah SWT. Sejak saat itu, Muhammad menjadi rasul dan nabi bagi sekalian alam.

Dakwah yang dijalankan Nabi Muham mad, pertama-tama secara sembunyi-sembunyi.
Hanya orang-orang terdekat atau satu rumah yang menyatakan diri beriman. Sampai suatu ketika, turunnya surah asy-Syu’ara ayat 214 yang menandakan bahwa Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad berdakwah secara terang- terangan.

Tak lama kemudian, dari Bukit Shafa Rasulullah berseru kepada sekalian penduduk Makkah. Orang-orang pun berkumpul, termasuk Abdullah bin Jahsy yang lama tak berjumpa dengan Muhammad.

Wahai Bani Ghalib, Bani Luai, Bani Murrah, Bani Kilab, Bani Qushai, dan Bani Abdul Manaf! Bagaimana bila aku memberi tahu kepada kalian bahwa di balik gunung ini ada musuh yang hendak me nyerang kalian. Apa kalian akan percaya? kata Nabi Muhammad.

“Ya, kami percaya. Sebab, engkau adalah al-Amin, tidak pernah sekali pun berbohong kepada kami,” jawab mereka serentak.

“Maka, janganlah kamu menyeru (menyembah) tuhan selain Allah, nanti kamu termasuk orang-orang yang diazab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Nabi Muhammad membacakan kepada mereka surah asy’-Syu’ara ayat 213-215.

Mengetahui bahwa Muhammad berdakwah, sebagian besar massa membubarkan diri.
Ada di antara mereka yang beriman. Ada pula yang mengecam Nabi Muhammad.
Begitu Nabi usai, Abdullah bin Jahsy kembali ke rumahnya.

Kata-kata Rasulullah tak hilang dari benak dan lubuk hatinya. Abdullah pun bangkit dan keluar dari rumahnya untuk pergi kepada Rasulullah dan menyatakan diri masuk Islam.

Setelah menjadi Muslim, Abdullah bin Jahsy mengajak dua saudara perempuannya untuk masuk Islam. Gagasan ini disetujui seisi rumah. Bahkan, Abdullah bin Jahsy membuat sebuah ruangan khusus di rumahnya untuk tempat beribadah dan mempelajari Alquran.

Kepahlawanan

Kepahlawanan Abdullah bin Jahsy mengemuka di medan Perang Uhud. Sebelum itu dimulai, Abdullah bin Jahsy mengajak sahabatnya, Sa’ad bin Abi Waqqash, berdoa secara bergantian. Sementara yang satu berdoa, yang lain mengaminkan. Sa’ad mendapatkan giliran pertama.

Doanya sebagai berikut.

Ya Allah, ketika aku di tengah pertempuran esok, dengan kasih dan sayang- Mu, ya Allah, hadapkanlah aku dengan musuh yang kuat dan keras.
Biarkanlah dia menyerangku terlebih dahulu sekuat tenaganya, sehingga aku akan meng adang nya sekuat tenaga, Setelah itu, ya Allah, izinkanlah aku memeroleh kemenangan dan membunuhnya karena Engkau. Biarkanlah aku memperoleh ghanimahatas karunia-Mu.

Abdullah bin Jahsy mengucapkan amin dan Sa’ad menutup doanya. Kini, giliran Abdullah bin Jahsy mengucapkan doa.

Ya Allah. Dalam pertempuran esok, hadapkanlah kepadaku musuh yang paling kuat.
Biarkanlah dia menyerangku terlebih dahulu dengan kemarahannya. Dan berilah aku keberanian untuk mengadangnya dengan segala kekuatan yang ada padaku.
Kemudian, ya Allah, biarkanlah musuhku itu membunuhku, dan biarkan musuhku itu memotong hidung dan telingaku.

Sehingga pada hari kiamat kelak, saat aku berdiri di hadapan-Mu untuk diadili, maka Engkau bertanya, `Wahai Abdullah, mengapa hidung dan telingamu terpotong?’ Aku akan menjawab Engkau, `Hidung dan telinga hamba telah terpotong karena berjuang di jalan-Mu dan jalan Rasul-Mu.

‘Maka Engkau akan berkata, `Benar, semua nya terpotong karena berjuang di jalan-Ku.
Ya Allah, kabulkanlah doaku ini.

Amin, ucap Sa’ad bin Abi Waqqash kemudian. Doa Abdullah bin Jahsy ternyata lebih cepat terwujud diban dingkan doa Sa’ad. Inilah yang terbukti seusai Perang Uhud.

Abdullah bin Jahsy menemui ajalnya dalam kondisi wajah yang hancur. Hidung dan daun telinganya dipotong musuh. Badannya juga tercincang, begitu mengenaskan.
Kondisi yang sama juga dialami paman Nabi Muhammad, Hamzah bin Abdul Muththalib.

Melihat jasad Abdullah bin Jahsy, Sa’ad bergumam, Doa Ibnu Jahsy ternyata lebih mulia daripada doaku.

Ath-Thabrani meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqash radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Abdullah bin Jahsy radhiallahu ‘anhu pada Perang Uhud berkata, “Mengapa kamu tidak berdoa kepada Allah?” Kemudian ia pergi ke suatu pojok. Ia memanggil Sa’ad lalu Sa’ad pun berdoa, “Ya Rabbi, Sekiranya aku dipertemukan dengan musuh, maka pertemukanlah aku dengan musuh yang berpostur besar, pemberani dan penuh emosi, aku akan memerangi dia sebagaimana dia memerangiku. Kemudian Ya Rabbi, berilah aku kemenangan dengan mampu membunuhnya lalu aku mengambil rampasannya.”

Abdullah bin Jahsy mengamini lalu dia pun memanjatkan doa, “Ya Allah, pertemukanlah aku dengan musuh yang kuat dan pemberani sehingga aku akan membunuhnya di jalan-Mu dan dia juga memberikan perlawanan kepadaku, kemudian ia berhasil menguasaiku dengan menebas hidung dan telingaku. Sehingga kelak, ketika aku datang menghadap-Mu, Engkau akan bertanya kepadaku, ‘Siapa yang menebas hidung dan telingamu ini?’ Maka ketika itu aku akan menjawab, ‘Semua ini aku lakukan di jalan-Mu dan karena rasul-Mu semata.’ Dan Engkau akan membenarkan ucapanku.”

Sa’ad berkata, “Wahai anakku, Doa Abdullah bin Jahsy lebih bagus daripada doaku. Pada siang hari peperangan itu, aku benar-benar melihatnya terbunuh sementara hidung dan telinganya tergantung pada seutas tali.” (Al-Haitsami berkata, 9/303, “Perawinya adalah perawi yang shahih.”)

Kisah Sahabat Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy

Pahlawan kisah kita kali ini adalah seorang laki-laki dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamyang bernama Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi.

Sejarah mungkin melewati nama laki-laki ini sebagaimana ia melewati jutaan orang Arab sebelumnya tanpa mencatatnya dalam lembarannya atau terbetik dalam benaknya.

Namun Islam yang agung memberi peluang kepada Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi untuk bertemu dengan penguasa dunia di zamannya, Kisra Raja Persia dan Kaisar Raja Romawi.

Dengan dua penguasa ini Abdullah mempunyai kisah yang terus dikenang oleh benak zaman dan diingat oleh lisan sejarah.

Kisahnya dengan Kisra, Raja Persia, terjadi di tahun keenam Hijriyah, saat itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud mengirim beberapa orang sahabatnya untuk menyampaikan surat-surat beliau kepada para raja ‘‘ajam, beliau ingin mengajak mereka masuk ke dalam agama Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memperhitungkan betapa penting rencana ini.

Para utusan itu akan berangkat ke negeri-negeri yang sangat jauh yang mereka belum pernah mengenalnya sedikit pun sebelumnya.

Mereka tidak memahami bahasa penduduknya, mereka juga tidak mengenal kebiasaan raja-rajanya.

Kemudian mereka akan menyeru raja-raja itu agar meninggalkan agama mereka, meninggalkan kebanggaan dan kekuasaan mereka dan masuk ke dalam sebuah agama milik satu kaum yang belum lama menjadi bagian dari pengikutnya.

Perjalanan yang berbahaya, yang berangkat akan hilang dan yang pulang akan dianggap sebagai orang yang baru lahir.

Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan para sahabatnya, beliau berkhutbah di hadapan mereka, beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, beliau bertasyahud lalu bersabda, “Amma ba’du, sesungguhnya aku akan mengutus sebagian dari kalian kepada para raja ‘‘ajam, maka jangan berselisih atasku seperti Bani Israil yang berselisih atas Isa putra Maryam.”

Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kami akan menunaikan tugasmu dengan baik wahai Rasulullah, silakan mengutus siapa yang engkau inginkan.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih enam orang dari para sahabat untuk mengemban misi menyampaikan surat-surat beliau kepada raja-raja ‘ajam. Di antara keenam orang tersebut adalah Abullah bin Hudzafah as-Sahmi. Laki-laki ini terpilih untuk menyampaikan surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Kisra, Raja Persia.

Abdullah bin Hudzafah mempersiapkan kendaraannya, mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan anak-anaknya, dia berangkat menuju ke tempat tujuan, dataran tinggi mengangkatnya, lembah menurunkannya, sendiri tidak bersama siapa pun selain Allah, sehingga dia tiba di negeri Persia, dia meminta izin bertemu dengan sang Raja, dia mengatakan kepada para  penjaga bahwa surat yang dia bawa sangat penting.

Pada saat itu Kisra meminta agar istananya dihias, dia mengundang para pembesar neara untuk hadir di majelsinya dan mereka pun hadir, kemudian Abdullah bin Hudzafah diizinkan untuk masuk.

Abdullah bin Hudzafah masuk menemui pemimpin negeri Persia dengan jubahnya yang usang dan pakaiannya yang terajut dengan kasar, terlihat kebersahajaan orang Arab pada dirinya.

Namun dia hadir dengan kepala tegak dan badan tegap, dadanya bergolak dengan kemuliaan Islam, hatinya berkobar dengan keagungan iman.

Begitu Abdullah masuk, Kisra memberi isyarat kepada salah seorang pengawalnya agar mengambil surat dari tangan Abdullah, namun Abdullah menepis seraya berkata, “Tidak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku agar menyerahkannya kepadamu secara langsung, aku tidak akan menentang perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka Kisra berkata kepada pengawalnya, “Biarkan dia mendekat kepadaku.” Maka Abdullah mendekat sehingga dia menyerahkan surat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya secara langsung.

Kemudian Kisra memanggil seorang sekretaris dari al-Hijrah[1] dan memerintahkannya untuk membuka surat di hadapnnya serta membacakannya kepadanya. Isinya adalah,

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra penguasa Persia, salam kepada orang yang mengikuti petunjuk…”

Begitu Kisra mendengar bagian surat tersebut, maka api kemarahannya langsung tersulut dalam dadanya, wajahnya memerah, urat lehernya menegang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai suratnya dengan menyebut nama dirinya, Maka Kisra menarik surat itu dari tangan sekretarisnya, merobeknya tanpa mengetahui apa isinya sambil berteriak, “Beraninya dia menulis seperti ini padahal dia adalah bawahanku (yang tinggal di wilayah kekuasaanku).”

Kemudian Kisra memerintahkan agar Abullah bin Hudzafah diusir dari majelisnya, maka dia pun diusir.

Abdullah bin Hudzafah meninggalkan majelis Kisra sementara dia tiak mengetahui apa yang Allah perbuat untuknya, apakah dia akan dipenggal atau akan dibiarkan bebas?

Tetapi tidak lama kemudian dia berkata, “Demi Allah, aku tidak peduli keadaan apa pun, yang penting aku sudah menunaikan tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” lalu ia menaiki kendaraannya.

Manakala kemaran Kisra sudah mereda, dia memerintahkan agar Abdullah bin Hudzafah dipanggil dan dihadirkan kepadanya, namun mereka tidak menemukannya, mereka mencari-ccari Abdullah, namun mereka tidak menemukan jejaknya. Mereka terus mencari di jalan-jalan yang menuju Jazirah, mereka mendapatkan Abdullah telah jauh berjalan meninggalkan Persia.

Ketika Abdullah bin Hudzafah tiba di depan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia menyampaikan apa yang terjadi kepada beliau, bahwa Kisra merobek surat beliau, maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berdoa pendek, “Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”

Kisra menulis surat kepada Badzan, gubernurnya di Yaman, “Utuslah dua orang laki-laki yang kuat kepada seorang laki-laki yang mengaku sebagai Nabi di Hijaz, perintahkan dua orang laki-laki itu agar membawanya kepadaku.”

Maka Badzan (gubernur itu) mengutus dua orang laki-laki terpilih kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa surat darinya, dalam surat tersebut Badzan meminta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar segera berangkat untuk menemui Kisra bersama dua orang laki-laki itu.

Badzan meminta dua utusannya agar mencari tahu tentang berita Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, meneliti perilakunya, dan membawa wawasan-wawasan yang mereka ketahui tentang pribadinya.

Dua orang laki-laki itu berangkat, keduanya berjalan dengan cepat sehingga keduanya tiba di Thaif dan bertemu dengan beberapa pedagang dari Quraisy, keduanya bertanya kepada mereka tentang Muhammad, mereka berkata, “Dia di Yatsrib.”

Kemudian para pedagang itu kembali ke Mekah dengan kebahagiaan, mereka memberi ucapan selamat kepada orang-orang Quraisy, “Berbahagialah kalian dan bersuka citalah, karena Kisra telah menghadapi Muhammad dan mencukupkan keburukannya dari kalian.”

Adapun dua orang laki-laki utusan Badzan tersebut segera menuju Madinah, keduanya tiba di sana dan bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyerahkan surat Badzan kepada beliau seraya berkata, “Raja diraja, Kisra, telah menulis surat kepada raja kami Badzan agar mengirim orang yang diberi tugas membawamu kepadanya, kami datang kepadamu agar kamu berkenan berangkat bersama kami kepada Kisra, jika kamu berkenan berangkat bersama kami maka kami akan meminta Kisra agar memperlakukan kamu dengan baik dan tidak menyakitimu, namun jika kamu menolak, maka kamu telah mengetahui kekuatannya, kekejamannya, dan kemampuannya untuk mencelakakanmu dan mencelakakan kaummu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum dan bersabda kepada keduanya, “Pulanglah ke tempat istirahat kalian, kembalilah esok hari.”

Manakala keduanya kembali ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di keesokan harinya, mereka berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah kamu sudah bersiap-siap untuk berangkat bersama kami menemui Kisra?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalian berdua tidak akan bertemu Kisra setelah hari ini. Allah telah mematikannya, Dia telah menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya Syirawaih di malam ini di bulan ini.”

Keduanya menatap wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam-dalam, rasa takjub terbaca dengan jelas dari raut muka mereka berdua, keduanya berkata, “Apakah kamu menyadari apa yang kamu katakan? Kami akan menulis hal ini kepada Badzan.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, katakan kepadanya bahwa agamaku akan menjangkau apa yang dijangkau oleh kerajaan Kisra, jika kamu masuk Islam, maka aku akan memberi apa yang ada di tanganmu an menjadikanmu raja atas kaummu.”

Dua utusan itu meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pulang ke Yaman. Keduanya tiba dan menyampaikan berita Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Badzan berkata, “Jika apa yang dikatakan oleh Muhammad benar, maka dia adalah Nabi, jika tidak maka kami akan berpikir ulang.”

Tidak lama setelah itu Badzan menerima surat Syirawaih yang berisi:

“Amma ba’du, aku telah membunuh Kisra, aku tidak membunuhnya kecuali demi membalas dendam untuk kaum kita, dia telah membunuh orang-orang mulia dari mereka, menawan kaum wanita mereka dan merampas harta benda mereka, jika suratku ini telah sampai di tanganmu maka ambillah baiat dari kaummu untukku.”

Begitu Badzan membaca surat Syirawaih, dia meletakkannya di samping dan mengumumkan diri masuk Islam, orang-orang Persia di negeri Yaman mengikutinya masuk Islam.

Ini adalah kisah pertemuan Abdullah bin Hudzafah dengan Kisra Raja Persia.

Lalu bagaimana kisah pertemuannya dengan Kaisar Raja Romawi?

Pertemuan keduanya terjadi di zaman khilafah Umar bin al-khatthab, kisah pertemuan Abdullah dengan Kaisar merupakan kisah yang sangat mengagumkan.

Di tahun sembilan belas hijriyah Umar bin al-Khatthab mengutus pasukan untuk berperang melawan orang-orang Romawi, di antara pasukan tersebut terdapat Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi. Kaisar penguasa Romawi sudah mendengar berita-berita tentang bala tentara kaum muslimin, mereka menghiasi diri dengan iman yang benar, akidah yang kokoh dan kerelaan mengorbankan nyawa di jalan Allah dan Rasul-Nya.

Oleh karena itu, dia memerintahkan tentaranya agar jika mereka bisa menangkap sebagian dari kaum muslimin, mereka membiarkannya hidup karena dia ingin bertemu dengan mereka. Allah menakdirkan Abdullah bin Hudzafah jatuh sebagai tawanan di tangan orang-orang Romawi, mereka membawanya kepada Kaisar, mereka berkata, “Orang ini termasuk orang-orang pertama dari sahabat Muhammad yang masuk ke dalam agamanya, kami menawannya dan membawanya kepadamu.”

Raja Romawi menatap Abdullah bin Hudzafah dengan teliti, kemudian dia berkata, “Aku menawarkan sesuatu kepadamu.” Abdullah bertanya “Apa itu?”

Kaisar berkata, “Masuklah kamu ke dalam agama Nasrani, jika kamu berkenan maka aku akan membebaskanmu dan memberimu kedudukan terhormat.”

Tawanan itu menjawab dengan keteguhan dan kehormatan diri, “Mana mungkin? Kematian seribu kali lebih aku sukai daripada memenuhi ajakanmu itu.”

Kaisar berkata, “Aku melihatmu sebagai laki-laki pemberani, jika kamu menerima tawaranku, maka aku akan membagi kekuasaan denganmu dan kita sama-samaa memerintah dan menguasainya.”

Tawanan yang terikat dengan tambang itu tersenyum dan berkata, “Demi Allah, seandainya kamu menyerahkan seluruh apa yang kamu miliki dan segala apa yang dimiliki oleh orang-orang Arab dengan syarat aku meninggalkan agama Muhammad sekejap pun, niscaya aku tidak akan melakukannya.”

Kaisar berkata, “Kalau begitu aku akan membunuhmu.”

Abdullah menjawab, “Lakukan apa yang engkau inginkan.”

Kemudian tangan Abdullah diikat di tiang salib, dan Kaisar berkata kepada pengawalnya dengan bahasa Romawi, “Tembakkanlah anak panah di dekat kedua tangannya.” Sementara Kaisar tetap menawarkan kepadanya agar masuk ke agamanya namun Abdullah tetap menolak.

Maka Kaisar berkata, “tembakkan anak panah di dekat kedua kakinya.” Dan Kaisar tetap menawarkan kepadanya agar meninggalkan agamnya namun Abdullah tetap menolak.

Pada saat itu Kaisar memerintahkan pengawalnya untuk berhenti, dia meminta mereka agar menurunkannya dari tiang salib, kemudian dia meminta agar sebuah bejana besar disiapkan, lalu diisi dengan minyak, bejana itu diangkat ke atas tungku api sampai minyak itu mendidih, lalu Kaisar meminta dua orang tawanan dari kaum muslimin untuk dihadirkan, lalu Kaisar memerintahkan agar salah seorang dari keduanya dilemparkan ke dalam bejana mendidih tersebut, sehingga dagingnya terkelupas dan tulangnya terlihat telanjang.

Di saat itu Kaisar menoleh kepada Abdullah dan kembali mengajaknya masuk ke agama Nasrani, tetapi Abdullah justru menolak lebih keras daripada sebelumnya.

Manakala Kaisar berputus asa darinya, dia memerintahkan pengawalnya agar melemparkan Abdullah ke dalam bejana seperti kedua rekannya sebelumnya, di kala pengawal membawa Abdullah, dia mulai menangis, sehingga nampak para pengawal itu berkata kepada raja mereka, “Dia menangis.” Kaisar pun menyangka bahwa Abdullah telah dibayang-bayangi ketakutan, dia berkata, “Kembalikan dia kepadaku.” Ketika Abdullah berdiri di hadapan Kaisar, Kaisar kembali mengulangi tawarannya agar Abdullah masuk ke dalam agamanya, namun Abdullah tetap menolak.

Kaisar menghardik, “Celakalah kamu, apa yang membuatmu menangis?”

Abdullah menjawab, “Yang membuatku menangis adalah bahwa aku berkata kepada diriku, “Kamu sekarang akan dilembarkan ke dalam bejana, jiwamu akan pergi.’ Aku sangat ingin mempunyai nyawa sebanyak jumlah rambut yang ada di tubuhku, lalu semuanya dilemparkan ke dalam bejana itu fi sabilillah.”

Akhirnya thaghut itu menyerah dan berkata, “Apakah kmu mau mencium kepalaku dan aku akan membebaskanmu?”

Abdullah menjawab, “Dan melepaskan seluruh tawanan kaum muslimin?”

Abdullah berkata, aku berkata dalam hatiku, “Musuh Allah, aku akan mencium keningnya, lalu aku bebas demikian juga seluruh tawanan kaum muslimin, tidak mengapa aku lakukan hal itu.”

Kemudian Abdullah mendekat dan mencium kepalanya, maka Kaisar Raja Romawi memerintahkan agar seluruh tawanan kaum muslimin dikumpulkan dan diserahkan kepada Abdullah bin Hudzafah, maka perintah ini dilaksanakan.

Sekembalinya ke kota Madinah, Abdullah bin Hudzafah datang kepada Umar bin al-Khatthab, dia menceritakan kisahnya, maka al-Faruq sangat berbahagia karenanya, Umar melihat kepada para tawanan, maka dia berkata, “Patut bagi setiap muslim untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah, aku yang pertama kali akan mengawalinya.” Maka Umar berdiri dan mencium kepalanya.[2]

Kisah Sahabat Abdullah bin Abbad

“Ya Ghulam, maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna?” tanya Rasulullah suatu ketika pada seorang pemuda kecil. “Jagalah (ajaran-ajaran) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah, maka kamu akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapanmu.”

Pemuda kecil itu termangu di depan Rasulullah. Ia memusatkan perhatian pada setiap patah kata yang keluar dari bibir manusia paling mulia itu. “Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya. Jika kamu butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya. Semua hal telah selesai ditulis.”

Pemuda beruntung itu adalah Abdullah bin Abbas. Ibnu Abbas, begitu ia biasa dipanggil, dalam sehari itu ia menerima banyak ilmu. Bak kata pepatah, sekali dayung tiga empat pulau terlampaui, wejangan Rasulullah saat itu telah memenuhi rasa ingin tahunya. Pelajaran akidah, ilmu dan amal sekaligus ia terima dalam sekali pertemuan.

Keakraban dengan Rasulullah sejak kecil membuat Ibnu Abbas tumbuh menjadi seorang lelaki berkepribadian luar biasa. Keikhlasannya seluas padang pasir tempatnya tinggal. Keberanian dan gairah jihadnya sepanas sinar matahari gurun. Kasihnya seperti oase di tengah sahara.

Hidup bersama Rasulullah benar-benar telah membentuk karakter dan sifatnya. Suatu ketika, benaknya dipenuhi rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana cara Rasulullah shalat. Malam itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah.

Sepanjang malam ia berjaga, sampai terdengar olehnya Rasulullah bangun untuk menunaikan shalat. Ia segera mengambil air untuk bekal wudhu Rasulullah. Di tengah malam buta itu, betapa terkejutnya Rasulullah menemukan Abdullah bin Abbas masih terjaga dan menyediakan air wudhu untuknya.

Rasa bangga dan kagum menyatu dalam dada Rasulullah. Beliau menghampiri Ibnu Abbas, dan dengan lembut dielusnya kepala bocah belia itu. “Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu.” Demikian doa Rasulullah.

Abdullah bin Abbas lahir tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Saat Rasulullah wafat, ia masih sangat belia, 13 tahun umurnya. Semasa hidupnya, Rasulullah benar-benar akrab dengan mereka yang hampir seusia dengan Abdullah bin Abbas. Ada Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid dan sahabat-sahabat kecil lainnya.

Saat Rasulullah wafat, Ibnu Abbas benar-benar merasa kehilangan. Sosok yang menjadi panutannya, kini telah tiada. Walau demikian, ia tak mau berlama-lama tenggelam dalam kedukaan. Ibnu Abbas segera bangkit dari kedukaan. Meski Rasulullah telah berpulang, semangat jihad tak boleh berkurang. Maka ia pun mulai melakukan perburuan ilmu.

Didatanginya para sahabat senior. Ia bertanya pada mereka tentang apa saja yang perlu ditimbanya. Tak hanya itu, ia juga mengajak sahabat-sahabat yang seusia dengannya untuk belajar pula. Tapi sayang, tak banyak yang mengikuti jejak Ibnu Abbas. Mereka merasa tidak yakin, apakah para sahabat senior itu mau memerhatikan mereka yang masih anak-anak.

Walau demikian, Ibnu Abbas tak patah arang. Ia ketuk satu pintu dan berpindah ke pintu lain, dari rumah-rumah para sahabat Rasulullah. Tak jarang ia harus tidur di depan rumah mereka, karena para sahabat tengah istirahat. Namun betapa terkejutnya mereka begitu melihat Ibnu Abbas tidur di depan pintu rumah.

“Wahai keponakan Rasulullah, kenapa tidak kami saja yang menemuimu?” kata para sahabat yang menemukan Ibnu Abbas di depan rumah mereka.

“Tidak, akulah yang mesti mendatangi anda,” jawabnya.

Demikianlah kehidupan Ibnu Abbas, hingga kelak ia benar-benar menjadi seorang pemuda dengan ilmu dan pengetahuan yang tinggi. Karena tingginya dan tak berimbang dengan usianya, ada yang bertanya tentangnya. “Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini, wahai Ibnu Abbas?”

“Dengan lidah dan gemar bertanya, dengan akal yang suka berpikir,” demikian jawabnya.

Karena ketinggian ilmunya itulah, ia kerap menjadi kawan dan lawan diskusi para sahabat senior. Umar bin Al-Kathab misalnya, selalu memanggil Ibnu Abbas untuk duduk bersama dalam sebuah musyawarah. Pendapat-pendapatnya selalu didengar karena keilmuannya. Sampai-sampai Amirul Mukminin kedua itu memberi julukan kepada Ibnu Abbas sebagai “pemuda tua”.

Doa Rasulullah yang meminta kepada Allah agar menjadikan Ibnu Abbas sebagai seorang yang mengerti perkara agama telah terwujud kiranya. Ibnu Abbas adalah tempat bertanya karena kegemarannya bertanya. Ibnu Abbas tempat mencari ilmu karena kegemarannya terhadap ilmu.

Di usianya yang ke-71 tahun, Allah SWT memanggilnya. Saat itu umat Islam benar-benar kehilangan seorang dengan kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa. “Hari ini telah wafat ulama umat,” kata Abu Hurairah menggambarkan rasa kehilangannya.

Bacaan Islami Lainnnya:

– Komik Pahlawan Islam Anas bin Nadhar
– Komik Mantan Napi Berulah Lagi
– Bantuan Dari Allah Saat Kesulitan
– 3 Hal Yang Dilakukan Saat Bangun Untuk Sahur
– Kenapa Dia Begitu Cinta Al-Qur’an

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

– Komik Islami Pakai Yang Kanan
– Komik Islami Simple
– Jangan Benci Muslimah Bercadar
– Waspada 3 Pintu Menuju Neraka
– Kalau Sholat Jangan Lari Larian

– Perlunya Kerjasama Dalam Rumah Tangga
– Baju Koko Vs Jersey – Komik Islami
– Dunia Hanya Sementara
– Komik Islami Bahasa Inggris
– Komik Islami Tarawih Surat Pendek

– Kisah Pendek Khutbah Jum’at
– Menunggu Punahnya Corona
– Komik Pendek Islami
– Jangan Pernah Menunda Ibadah
– Komik Islami Hitam Putih

– Parno Karena Batuk Corona
– Komik Islami Doa Pejuang Nafkah
– Komik Islami Muslimah Memanah Dan Tahajud
– Komik Islami Hidup Bahagia
– Komik Islami Nasehat Dan Renungan
– Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia Yang Sebenarnya

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Kisah Sahabat Abbad bin Bisyrin

Abbad bin Bisyr adalah seorang sahabat yang tidak asing dalam sejarah dakwah Islam. Ia tidak hanya termasuk di antara para ‘abid (ahli ibadah), tapi juga tergolong kalangan para pahlawan yang gagah berani dalam menegakkan kalimah Allah. Tidak hanya itu, ia juga seorang penguasa yang cakap, berbobot dan dipercaya dalam urusan harta kekayaan kaum Muslimin.

Ketika Islam mulai tersiar di Madinah, Abbad bin Bisyr Al-Asyhaly masih muda. Dalam kegiatan sehari-hari dia memperlihatkan tingkah laku yang baik, bersikap seperti orang-orang yang sudah dewasa, kendati usianya belum mencapai dua puluh lima tahun.

Dia mendekatkan diri kepada seorang dai dari Makkah, yaitu Mush’ab bin Umair. Dalam tempo singkat, hati keduanya terikat dalam ikatan iman yang kokoh. Abbad mulai belajar membaca Al-Qur’an kepada Mush’ab. Suaranya merdu, menyejukkan dan menawan hati. Oleh karena itu, ia terkenal di kalangan para sahabat sebagai imam dan pembaca Al-Qur’an.

Pada suatu malam ketika Rasulullah Saw sedang melaksanakan shalat tahajud di rumah Aisyah yang berdempetan dengan masjid. Terdengar oleh beliau suara Abbad bin Bisyr membaca Al-Qur’an dengan suara yang merdu.

“Ya Aisyah, suara Abbad bin Bisyrkah itu?” tanya Rasulullah.

“Betul, ya Rasulullah!” jawab Aisyah.

Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah dia!”

Abbad bin Bisyr turut berperang bersama Rasulullah Saw dalam tiap peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu dia bertugas sebagai pembawa Al-Qur’an.

Ketika Rasulullah kembali dari Perang Dzatur Riqa’, beliau beristirahat dengan seluruh pasukan Muslim di lereng sebuah bukit. Setibanya di tempat perhentian di atas bukit Rasulullah bertanya, “Siapa yang bertugas jaga malam ini?”

Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir berdiri, “Kami, ya Rasulullah!” kata keduanya serentak. Rasulullah telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah.

Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar, “Siapa di antara kita yang berjaga terlebih dahulu?”

“Aku yang tidur lebih dahulu,” jawab Ammar yang bersiap-siap untuk berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.

Dalam suasana malam yang tenang dan hening, Abbad shalat malam dan larut dalam manisnya ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Dalam shalat itu ia membaca surat Al-Kahfi dengan suara memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya.

Ketika Abbad tenggelam dalam mahabbah dengan Rabb-nya, seorang laki-laki datang dengan tergesa-gesa dan melihat seorang hamba Allah sedang beribadah. Lelaki itu yakin bahwa Rasulullah ada di tempat itu dan orang yang sedang shalat itu adalah pengawal yang bertugas jaga.

Orang itu menyiapkan anak panah dan memanah Abbad dengan tepat mengenai tubuhnya. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam shalat. Orang itu memanah lagi dan mengenai Abbad dengan jitu. Abbad kembali mencabut anak panah lalu meneruskan ibadahnya. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabut lagi anak panah dari tubuhnya seperti dua anak panah terdahulu.

Giliran jaga bagi Ammar bin Yasir pun tiba. Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur, lalu membangunkannya seraya berkata, “Bangunlah! Aku terluka parah dan lemas.”

Sementara itu, melihat mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Ammar menoleh ke arah Abbad dan melihat darah bercucuran dari tiga luka di tubuhnya. “Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkan aku ketika panah pertama mengenaimu?” tanyanya keheranan.

“Aku sedang membaca Al-Qur’an dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas jaga yang dibebankan Rasulullah, menjaga pos perkemahan kaum Muslimin, biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam shalat,” jawab Abbad.

Ketika perang memberantas orang-orang murtad berkecamuk pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah menyiapkan pasukan besar untuk menindas kekacauan yang ditimbulkan oleh Musailamah Al-Kadzab. Abbad bin Bisyr termasuk pelopor dalam pasukan tersebut.

Abbad dan pasukannya menyerbu dan memecah pasukan musuh, serta menebar maut dengan pedangnya. Kemunculannya menyebabkan pasukan Musailamah Al-Kadzab terdesak mundur dan melarikan diri ke Kebun Maut.

Di sana, dekat pagar tembok Kebun Maut, Abbad gugur sebagai syahid. Tubuhnya penuh dengan luka bekas bacokan pedang, tusukan lembing, dan panah yang menancap. Para sahabat hampir tak ada yang mengenalinya, kecuali setelah melihat beberapa tanda di bagian tubuhnya yang lain.

Bacaan Islami Lainnnya:

– Komik Pahlawan Islam Anas bin Nadhar
– Komik Mantan Napi Berulah Lagi
– Bantuan Dari Allah Saat Kesulitan
– 3 Hal Yang Dilakukan Saat Bangun Untuk Sahur
– Kenapa Dia Begitu Cinta Al-Qur’an

– Hindari Berkata Kotor
– Perang Melawan Hawa Nafsu
– Jangan Mencari Keburukan Orang
– Komik Islami Tentang Cinta
– Jomblo Halu Kepengen Punya Istri

– Komik Islami Pakai Yang Kanan
– Komik Islami Simple
– Jangan Benci Muslimah Bercadar
– Waspada 3 Pintu Menuju Neraka
– Kalau Sholat Jangan Lari Larian

– Perlunya Kerjasama Dalam Rumah Tangga
– Baju Koko Vs Jersey – Komik Islami
– Dunia Hanya Sementara
– Komik Islami Bahasa Inggris
– Komik Islami Tarawih Surat Pendek

– Kisah Pendek Khutbah Jum’at
– Menunggu Punahnya Corona
– Komik Pendek Islami
– Jangan Pernah Menunda Ibadah
– Komik Islami Hitam Putih

– Parno Karena Batuk Corona
– Komik Islami Doa Pejuang Nafkah
– Komik Islami Muslimah Memanah Dan Tahajud
– Komik Islami Hidup Bahagia
– Komik Islami Nasehat Dan Renungan
– Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia Yang Sebenarnya

Selamat Membaca.. Bantu Kami Dengan Donasi.. Dengan Kontak Businessfwj@gmail.com

Kisah Sahabat A’shim bin Tsabit

Adalah ‘Ashim bin Tsabit Al Anshori (‘ Ashim bin Tsabit bin Aqlah ra.) salah satu sahabat Rasul SAW yang tidak absen dalam peristiwa Badar dan Uhud. Rasul saw. pernah memujinya, menyeru para sahabat untuk cara berperang ‘ Ashim.

Rasulullah SAW berkata, “Bagaimana caramu berperang Wahai ‘Ashim?” ‘Ashim memeragakan busur anak panah yang ada di tangannya.” Jika musuh di hadapanku 100 hasta kupanah dia, jika musuh mendekat dalam jarak tikaman lembing, aku bertanding hingga lembingku sampai patah, jika lembingku patah, kuhunus pedangku lalu aku pakai pedang” ia ahli dalam panah dan bermain pedang.

Kisah ini bermula di peristiwa uhud (3 H), Ia berhasil membunuh tiga laki-laki sekaligus (Musafi’, Kilab, Jallas). Ketiganya adalah putra salah seorang pemuka Quraisy, Thalhah dan Sulafah binti Sa’ad bin Suhaid, keluarga tersebut dalam bagian pasukan Quraisy di perang Uhud. Ketika pertempuran mulai mereda/hampir selesai.

Kaum Quraisy (kalangan wanitanya) berlompatan kegirangan berhasil menuntut balas terhadap peristiwa satu tahun sebelumnya (Badar) dimana banyak tokoh-tokoh mereka yang terbunuh. Dalam peristiwa Uhud tak sedikit kaum muslimin yang gugur, mereka (Quraisy) menendang, mencincang, merusak mayat-mayat kaum muslimin. Ada yang dibelah perutnya, dipotong hidung dan telinganya dijadikan kalung.

Sulafah binti Sa’ad hatinya gundah, gelisah dan tak menentu, menunggu kemunculan suami dan ketiga anaknya. Lama menunggu tak kunjung datang, ia putuskan masuk ke arena pertempuran, ia masuk hingga jauh ke dalam. Diperiksalah satu persatu wajah-wajah yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba ia menjadi tertegun karena mendapati suaminya sudah terbaring tak bernyawa dengan berlumuran darah, pandangannya pun kosong dan hampa, ia sampai melompat bagai singa betina yang wajahnya memerah penuh amarah. Dia arahkan pandangannya ke segenap penjuru arah mata angin, dia dapati tidak jauh dari suaminya dua anaknya Musafi’ dan Kilab sudah tak bernyawa.

Jallas anaknya yang ketiga sudah dalam keadaan bersimbah darah antara hidup dan mati. Ia dekati, ia peluk tubuh anaknya dia angkat dipangkuannya, ia bersihkan darah dikening dan wajahnya.

Sullafah berkata, “Siapa yang telah berbuat seperti ini wahai anakku?”

Dengan nafas yang terputus putus, Jallas menjawab, “’Ashim bin Tsabit al Anshori, dia pula yang juga membunuh Musafi’ dan…” Belum selesai dia bicara ajal telah menjemputnya.

Sullafah binti Sa’ad bagai orang gila, menangis meraung-raung sekeras-kerasnya, ia bersumpah, “Aku tidak akan makan dan menghapus air mata ini sebelum membalas dendam kepada ‘Ashim bin Tsabit dengan menjadikan batok kepalanya sebagai mangkok tempat minum khomr”. Untuk mewujudkan dendamnya ia membuat sayembara menjanjiakan 100 ekor unta kepada siapapun yang berhasil membawakan batok kepala ‘Ashim bin Tsabit kepadanya.

Sofyan bin Kholid, salah seorang lelaki Quraisy tergiur dengan iming-iming yang ditawarkan tersebut, ia pun akhirnya mengatur strategi dan rencana, kemudian ditemuilah beberapa orang dari suku Adhul dan Qarah, agar pura-pura masuk islam pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW.

Benar saja, di tahun 4 H beberapa orang yang berasal dari suku Adhul dan Qarah datang ke Madinah guna untuk menemui Rasulullah SAW, meminta kepada beliau agar mengirim beberapa sahabat untuk mengajarkan Islam kekampung mereka, salah seorang yang diminta adalah Ashim bin Tsabit.

Rasulullah SAW. tak menaruh curiga, beliau mengabulkan permintaan mereka, dikirimlah 10 orang sahabat (Ibnu Ishaq). Diriwayat lain disebuatkan jika ada 6 sahabat yang diketuai ‘Ashim bin Tsabit.

Utusan Rasul SAW tersebut berangakat ke perkampungan Adhul dan Qarah bersama orang-orang Adhul dan Qarah tersebut. Sesuai rencana yabg telah disiapkan Sufyan bin kholid, ketika utusan Rasul saw. tersebut sampai di Raji’ (daerah sumber mata air milik suku Hudzail) tiba-tiba beberapa orang utusan dari Adhul dan Qarah tersebut melakukan pengkhianatan dengan memprovokasi kabilah Hudzail yakni bani Lihyan. Terkumpullah 100 orang dengan mengepung 6 atau 10 utusan Rasul saw. tersebut.

Mereka berkata, “Kami tidak ingin menumpahkan darah di tanah kami, kami hanya ingin membawa kalian untuk ditukar dengan harta, maka ikutilah kami, kami tidak akan membunuhmu”

‘Ashim menjawab, “Sungguh orang-orang ini telah mengkhianati kita” (pengkhianatan mereka akan dibalas oleh Rasul saw., ditema lain Insya Alloh).

‘Ashim berseru, “Janganlah kalian lemah, ghonimah berupa sahid telah menanti kita, para bidadari pun telah menunggu menyambut kita.” Karena jumlah yang tidak seimbang, ‘Ashim bin Tsabit menemui apa yang telah dijanjikan Rabbnya, syahid.

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dan ia pun telah mendengar perihal sayembara tersebut, ‘Ashim berdoa, “Yaa Allah, sampaikan berita ini kepada Rasul-Mu, Yaa Allah aku telah mengorbankan diriku di jalan agama-Mu yang benar, selamatkan diriku (kepalaku) dari tangan tangan kotor Musuh-Mu.”

Allah SWT kemudian mengabulkan doanya dengan cara mengirimkan sekelompok lebah yang mengerumuni tubuh ‘Ashim, sehingga dengan demikian musuh-musuhnya tidak bisa memenggal kepalanya. Ketika mereka hendak mendekat ke jasad Ashim, sekelompok lebah tersebut menyerangnya.

Hingga mereka berharap akan bisa memenggal kepala ‘Ashim di malam hari atau esuk hari, tapi dimalamnya ternyata Allah SWT menurunkan hujan yang sangat lebat yang menimbulkan banjir, sehingga jasad Ashim terbawa arus banjir tersebut, hingga mereka tidak dapat menemukan jasad Ashim.

Allahu Akbar!! Maha suci Allah inilah cara-Nya menjaga hamba hamba-Nya yang bertaqwa, yang memperjuangkan agama-Nya, menjaga kesuciannya dari tangan-tangan keji musuh-musuh Allah. Namun Rasul saw. amat sedih atas peristiwa Raji’ ini.

Tatkala Umar bin Khattab ra. mendengar kejadian ini, beliau berkata:

“Allah Menjaga hamba-Nya yang mukmin setelah meninggalnya sebagaimana Dia menjagaNya sewaktu masih hidup”.( Mubarokfuri)

Setiap zaman selalu ada saja hamba-hamba Allah yang bersikap ikhlas, mau menetapi jalan hidupnya agar senantiasa dijalan Allah, siang-malam tak kenal lelah untuk selalu memperjuangkan syariah-Nya tiada takut dan gentar dan tak akan mundur setapak pun, terhadap cacian orang-orang yang mencaci. Hidupnya ia belanjakan untuk meraih janji Allah. Allohu akbar.

Namun ada juga orang-orang yang malah dengan gampanya mencaci mencibir, menghalangi risalah ini, melakukan pengkhianatan bersama orang-orang lalim. Jangan mengira, jangan mengira upaya mereka akan menemui hasil, mereka akan berhadapan dengan pemilik kehidupan ini.

Akhirnya, di barisan mana kita berada?

Kisah Sahabat Nabi Muhammad Lengkap

Sahabat nabi adalah orang-orang yang beruntung karena hidup di zaman Nabi Muhammad Saw.. Penasaran bagaimanakah kisah-kisah dari sahabat Nabi? Berikut adalah rangkuman singkat para sahabat Nabi. Untuk membaca kisah lengkapnya silahkan klik nama sahabat nabi yang ingin dibaca..

A’shim bin Tsabit

A’shim Bin Tsabit adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan Kisah Jasadnya yang Tidak Terjamah dan bahkan dikerumuni oleh lebah. Jasad A’shim Bin Tsabit telah dijaga Allah dan ia dijamin masuk ke surga Allah.

Abbad bin Bisyrin

Abbad Bin Bisyrin adalah sahabat Nabi yang sangat gagah berani. Ia memiliki keterampilan yang sangat baik dalam berperang melawan orang-orang kafir. Abbad bi Bisyrin terkenal dengan kisanya Tiga Panah Menancap di Tubuhnya.

Abdullah bin Abbad

Abdullah bin Abbad adalah sahabat Nabi yang selalu mendapatkan kemuliaan karena ketaqwaan yang ia miliki. Abdullah bin Abbad juga orang yang sangat rajin puasa dan mendirikan salat malam.

Abdullah bin Hudzafah Al Sahmy

Abdullah Bin Hudzafah Al Sahmy adah sosok sahabat Nabi yang dikenal karena keimanannya yang sangat kuat terhadap Islam. Kisahnya terkenal karena mampu membuat kaisar menyerah untuk mengajak ia masuk Nasrani. Abdullah bin Hudzafah Membebaskan Tawanan Muslim.

Abdullah bin Jahsy

Abdullah Bin Jahsy adalah seseorang yang begitu dekat sekali dengan Nabi Saw dan ia adalah orang yang pertama kali memeluk agama Islam. Abdullah Bin Jahsy merupakan orang muslim pertama yang mendapatkan gelar Amirul Mukminin.

Abdullah bin Mas’ud

Abdullah Bin Mas’ud adalah sahabat Nabi pertama yang berani membaca alquran dengan suara yang keras. Ketika wafat, lisan Abdullah Bin Mas’ud basah dengan zikir-zikir kepada Allah dan penuh dengan ayat-ayat alquran.

Abdullah bin Salam

Abdullah bin Salam adalah sahabat Nabi yang dahulunya adalah seorang pendeta Yahudi dan menyiarkan agama-agama Musa. Ia kemudian masuk ke agama Islam setelah mendapat hidayah dari Allah.

Abdullah bin Ummi Maktum

Abdullah bin Ummi Maktum adalah sahabat Nabi yang juga masih kerabat beliau. Ia terlahir buta namun memiliki keimanan yang sangat kuat. Ia termasuk salah satu orang pertama yang masuk Islam dan ia adalah sosok yang suka adzan.

Abdurrahman Bin Auf

Abdurrahman Bin Auf adalah sahabat Nabi yang terkenal sangat pandai dalam berdagang. Ia juga termasuk salah stau orang yang dijamin masuk surga. Kita juga bisa baca langsung Sejarah Hidup Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai Orang Sukses di zaman Nabi.

Abu Al Ash Bin Ar-Rabi

Abu Al Ash Bin Ar-Rabi adalah sahabat Nabi yang sekaligus juga menantunya karena menikahi puteri beliau yakni Zainab. Dahulunya ia adalah non muslim hingga akhirnya ia masuk Islam.

Abu Darda

Abu Darda adalah sahabat Nabi yang terkenal memiliki sifat yang rajin beribadah, taat dan tidak mudah menyerah. Abu Darda  adalah sahabat yang paling terakhir masuk Islam namun bagus keislamannya, seorang faqih, pandai dan bijaksana. Inilah Kisah Sahabat Nabi Abu Darda Radhiyallahu Anhu yang Bisa kita baca.

Abu Dzar Al Ghifary (Jundub Bin Junadah)

Jundub bin Junadah atau Abu Dzar adalah ahabat Nabi yang memiliki keberanian dan cerdas dan wawasan yang begitu luas. Ia mencari sendiri agama yang benar di tengah-tengah kemusyrikan lingkungannya.

Abu Hurairah Al Dausy

Abu Hurairah Al Dausy adalah sahabat Nabi yang lahid di Yaman. Abu Hurairah dikenal sebagai perawi hadis terbanyak dan hafal dengan semua hadis. Ia juga dikenal sebagai sosok orang yang menyukai kucing.

Abu Sufyan bin Al Harits

Abu Sufyan bin Al Harits adalah sahabat sekaligus sepupu sanga Baginda Rasul. Meski keduanya bersaudara, namun Abu Sufyan awalnya sangat memusuhi sang Nabi hingga akhirnya menyadari kesalahannya dan masuk Islam.

Abu Thalhah Al Anshary (Zaid Bin Sahl)

Abu Thalhah Al Anshary (Zaid Bin Sahl) adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan suaranya yang menggelegar sekali. Ia juga dikenal dengan sahabat yang suka berderma.

Abu Ubaidah Ibnu Al Jarrah

Abu Ubaidah bin Jarrah adalah seorang panglima perang yang mendapat julukan Al-Amin. Abu Ubaidah terkenal sebagai panglima perang yang sangat kuat bahkan ia memerangi ayahnya sendiri yang kafir. Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Orang Kuat Kepercayaan Nabi yang perlu kita pelajari sejarahnya.

Ady bin Hatim Al Tha’i

Ady Bin Hatim Al Tha’i adalah seorang sahabat Nabi yang awalnya begitu membangkang pada ajaran Islam. Dahulunya ia adalah seorang raja dari bangsa Arab yang akhirnya masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia menjadi sosok orang yang taat dan patuh kepada Rasulullah Saw. Kisah Sahabat Rasulullah Adi bin Hatim at-Tha’i perlu kita ambil hikmanya

Al Bara’ bin Malik Al Anshary

Al Bara’ Bin Malik Al Anshary merupakan sosok pejuang di masa Nabi. Ia adalah orang yang hebat, bahkan ia berhasil membunuh 100 orang musyrik dalam sekali perang. Al Bara’ Bin Malik Al Anshary adalah orang yang gagah berani, pantang menyerah, dan Merupakan Ujung Tombak Pasukan Islam.

Al Rabi’ bin Ziyad Al Haritsi

Al Rabi’ Bin Ziyad Al Haritsi adalah sahabat Nabi yang terkenal sangat gagah berani. Ia ditunjuk sebagai Panglima Perang Manadzir dan ia adalah sosok orang yang kuat dan bisa melawan musuh-musuhnya.

Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy

Al Thufail Bin ‘Amr Al Dausy adalah sahabat Nabi yang suka sekali memberi makan orang yang lapar. Sosoknya juga suka memberi perlindungan bagi orang yang ketakutan dan orang-orang yang memohon perlindungan. Ia mati syahid di perang Yarmuk. Inilah Sepenggal Kisah Keimanan Ath-Thufail bin Amr ad-Dausi.

Amr bin Jamuh

Amr bin Jamuh adalah sahabat Nabi yang masuk Islam di usia 60 tahun. Ia meninggal dalam keadaan mati syahid saat perang uhud. Ia terkenal dengan kisahnya yang meskipun ia pincang, namun ia tetap ingin berjuang melawan kemusyrikan.

An Nu’man bin Muqarrin Al Muzani

Nu’man bin Muqarrin adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan keberaniannya dalam berperang melawan bangsa Persia. Ia adalah panglima perang yang memiliki andil besar dalam mengalahkan musuhnya di medan perang hingga meraih kemenangan besar.

Anas bin Malik

Anas bin Malik adalah sahabat Nabi yang mendapat anugerah dari Allah Swt karena ia bisa hidup dalam bimbingan Rasulullah Saw selama 10 tahun lamanya. Anas bin Malik juga merupakan perawi hadits Rasul dan menjadi perawi terbanyak setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Anas bin Malik  adalah Sosok Sahabat yang Sangat Setia pada Rasulullah.

Bilal bin Rabah

Bilal bin Rabah adalah muadzin yang memiliki suara yang  sangat merdu. Ia adalah sahabat Nabi yang memiliki sejarah hidup yang hebat dalam memperjuangkan akidah Islam. Bilal bin Rabah Muazzin Pertama Islam

Dzu Al Bijadain (Abdullah al-Muzani)

Dzu Al Bijadain adalah sahabat Nabi yang memiliki nama Abdullah al-Muzani. Dzu Al Bijadain merupakan sahabat Nabi yang sangat beruntung karena jasadnya disalati dan didoakan langsung oleh Baginda Rasul.

Fairuz Al Dailamy

Fairuz Al Dailamy adalah sahabat Nabi yang berasal dari Arab dan Persia. Fairuz Al Dailamy terkenal dengan kisahnya yang berhasil untuk menumpas kejahatan sorang nabi palsu yang bernama  Aswad al-Ansi. Fairuz ad-Dailami dari Keluarga yang Diberkahi.

Habib bin Zaid Al Anshary

Habib Bin Zaid Al Anshary adalah sahabat Nabi yang setia mendampingi nabi. Ia memiliki keteguhan hati untuk terus berada di sisi Rasulullah Saw.

Hakim bin Hazam

Hakim Bin Hazam adalah sahabat Nabi yang dilahirkan di dekat ka’bah. Ia terkenal dengan sifat zuhudnya dan mendermakan semua hartanya di jalan Allah.

Hudzaifah bin Yaman

Hudzaifah bin Yaman adalah sahabat Nabi yang sejak tumbuh di keluarga muslim. Hudzaifah merupakan sahabat Nabi yang dikenal menjadi oang kepercayaan Nabi dan mengetahui rahasia Nabi.

Ikrimah bin Abu Jahl Al Makhzumy

Ikrimah bin Abu Jahl Al Makhzumy adalah seorang sahabat Nabi yang mana ayahnya adalah seorang kafir Quraisyi yang sangat membenci Islam. Setelah mendapat hidayah dari Allah Swt, Ikrimah masuk agama Islam dan menjadi seseorang yang pemberani. Keteladanan Ikrimah bin Abu Jahal Al Makhzumy bisa kita contoh.

Ja’far bin Abi Thalib

Ja’far bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang sangat pemberani dan kuat. Ia terkenal dengan kehebatannya dalam menghadapi pasukan Romawi yang berada di negeri Syam. Ia wafat dalam keadaan mati syahid.

Jabir bin Abdillah Al Anshary

Jabir bin Abdillah Al Anshary adalah sahabat Nabi kelahiran kota Yastrib Mekah.  Jabir bin Abdillah Al Anshary terkenal dengan sahabat yang meriwayatkan hadis-hadis Nabi.

Khabbab bin Al Aratti

Khabbab bin Al Aratti  adalah sahabat Nabi yang berasal dari Bani Tamin dan terkenal sebagai pande besi. Ya,  Khabbab bin Al Aratti sangat pandai dalam membuat pedang, tombak dan berbagai macam alat peperangan.

Khalid bin Said bin Al Ash

Khalid Bin Said Bin Al Ash adalah sahabat Nabi dari kaum Quraisyi dan sangat kaya raya. Ia termasuk salah satu orang yang pertama masuk Islam. Ia dikenal dengan kepribadiannya yang sangat tenang.

Khalid bin Zaid Al Najary

Khalid bin Zaid Al Najary memiliki nama asli Abu Ayub Al Anshary. Allah telah mengharumkan nama Khalid bin Zaid dari timur hingga ke barat negeri. Allah telah meninggikan derajatnya dengan menjadikan benteng konstatinopel sebagai tempat persinggahan terakhirnya.

Majza’ah bin Tsaur al Sadusy

“Majza’ah bin Tsaur adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan jiwa patriotismenya. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani dan mampu membunuh seratus orang kafir dan musyrik.

Muadz bin Jabal

Muadz bin Jabal adalah sahabat Nabi yang termasuk ke dalam orang pertama yang memeluk agama Islam. Muadz bin Jabal terkenal dengan kecerdasannya dan suka menimba ilmu dan mengamalkannya.

Nu’aim bin Mas’ud

Nu’aim bin Mas’ud adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan kecerdikannya. Ia sangat pandai melemahkan siapa saja yang menjadi lawan-lawannya dengan kecerdikan yang ia miliki.

Rabi’ah Bin Ka’b

Rabi’ah Bin Ka’b adalah sahabat Nabi yang melayani Nabi hingga akhir hayat Rasul. Rabi’ah Bin Ka’b melayani apapun yang menjadi kebutuhan sang Nabi termasuk saat Sang Nabi ingin melaksanakan shalat tahajud.

Sa’d bin Abi Waqash

Sa’d bin Abi Waqash Sahabat Rassullah yang selalu bersinar dan ia telah masuk Islam sejak usia muda. Ia adalah sosok sahabat yang memiliki perasaan lembut dan berbakti kepada kedua orang tuanya.

Said bin ‘Amir

Said bin ‘Amir adalah sahabat Nabi yang terkenal gemar menolong. Said bin ‘Amir Al Jumahy merupakan seseorang yang suka mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingannya, sekalipun ia berada dalam kondisi yang begitu mendesak. Said bin ‘Amir merupakan Gubernur yang Mendahulukan Kepentingan Rakyat.

Said bin Zaid

Said bin Zaid Lelaki yang Sangat Istimewa merupakan sahabat Nabi yang berperan penting dalam penaklukan kota Damaskus. Ia adalah satu dari sekian sahabat Nabi yang dijamin masuk ke surga.

Salamah bin Qais Al Asyjai’

Salamah bin Qais Al Asyjai’adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan keahliannya dalam berperang. Ia berhasil menaklukkan kota Ahwaz. Ia adalah sosok panglima perang yang gagah berani.

Salman al-Farisi

Salman al-Farisi adalah sahabat Nabi yang pada awal hidupnya adalah seorang bangsawan dari Persia yang menganut agama Majusi. Namun dia tidak merasa nyaman dengan agamanya. Pergolakan batin itulah yang mendorongnya untuk mencari agama yang dapat menentramkan hatinya. Bagaimana Kisah Salman Al-Farisi dalam Mencari Hidayah.

Shuhaib Al Rumy

Shuhaib Al Rumy adalah sahabat Nabi yang sangat setia mendampingi sang Rasul. Ia dahulunya adalah pedagang yang sangat kaya raya dan rela meninggalkan kekayaannya demi menimba agama Islam.

Suraqah Bin Malik

Suraqah Bin Malik adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan kegigihannya mengejar sang baginda Nabi untuk membunuhnya karena memenuhi sayembara orang-orang kafir Quraisyi. Setelah mengejar Nabi dan gagal, ia mendapatkan mukjizat untuk masuk Islam.

Thalhah bin Ubaidillah Al Taimy

Thalhah bin Ubaidillah Al Taimy adalah sahabat Nabi yang juga biasa dipanggil dengan nama Abu Muhammad. Ia adalah sosok orang yang suka sekali menepati janji dan tidak pernah mengingkarinya.  Thalhah bin Ubaidillah Al Taimy merupakan Delapan Orang Pertama yang Menerima Islam.

Tsabit Qais Al Anshary

Tsabit Qais adalah sahabat Nabi yang dipercaya oleh beliau untuk menjadi seorang juru bicara beliau. Tsabit Qais memiliki kepribadian yang pandai dalam berkomunikasi karena bicaranya sangat tegas dan lugas.

Tsumamah bin Utsal

Tsumamah bin Utsal adalah sahabat Nabi yang menjadi pemimpin Yamamah dan ia terkenal dengan embargo ekonominya yang melemahkan kum kafir Quraisyi. Kebijakannya tersebut membuat orang-orang kafir kesulitan dalam hal pangan dan kesulitan dalam hal ekonomi.

Umair bin Sa’d Al Anshary

Umair bin Sa’d Al Anshary adalah sahabat Nabi yang sudah memeluk Islam sejak usianya 10 tahun. Sejak usianya belia ia telah mengikuti berbagai peperangan bersama Nabi dan melawan orang-orang kafir. Umair Bin Sa’ad Al Anshary Merupakan Gubernur di Suriah yang Disegani Umar bin Khattab.

Umair bin Wahab

Umair bin Wahab adalah sahabat Nabi yang dahulunya suka sekali menentang ajaran Islam di kampungnya. Namun kemudian ia masuk ke Islam dan membuatnya gemar berdakwah di Mekkah. Dari dakwahnya tersebut, banyak orang yang memeluk agama Islam.

Uqbah bin Amir Al Juhany

Uqbah bin Amir Al Juhany adalah sahabat Nabi yang sangat setia untuk mendampingi beliau. Ilmu pengetahuan dan jihad adalah dua hal yang menjadi cita-citanya.

Usaid bin Al Hudhair

Usaid bin Al Hudhair adalah sahabat Nabi yang sangat mencintai alquran dan Rasulullah Saw. Usaid adalah sahabat Nabi yang paling suci dan paling jujur. Ia juga sosok yang sangat beriman saat membaca Al Qur’an atau mendengarkan ayat-ayat Allah.

Usamah bin Zaid

Usamah bin Zaid adalah sahabat kesayangan Nabi. Ia memiliki sosok sahabat yang amat cerdas dan pemberani yang luar biasa. Ia memiliki sifat yang bijak dan dapat menempatkan segala urusan pada tempatnya. Usamah bin Zaid bin Haritsah adalah Seorang Panglima Perang Islam.

Utbah bin Ghazwan

Utbah bin Ghazwan adalah sahabat Nabi yang terkenal dengan kezuhudannya. Ia adalah seorang muhajirin yang masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia menyerahkan semua hartanya dan hanya mengabdi di jalan Allah.

Utsman bin Affan

Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi yang juga menjadi seorang pemimpin atau khalifah menggantikan sang Baginda Nabi setelah wafat. Inilah Biografi Singkat Utsman bin Affan.

Wahsy Bin Harb

Wahsy Bin Harb adalah sahabat Nabi yang dahulunya adalah seorang budak. Wahsy Bin Harb berasal dari Ethiopia dan terkenal dengan keahliannya melempar tombak ke arah lawan.

Zaid Al Khair

Zaid Al Khair adalah sahabat Nabi yang sangat taat dan bertaqwa semenjak ia memeluk agama Islam. Sejak ia menjadi seorang muslim hingga wafat tidak ada kesempatan yang Zaid Al Khair gunakan untuk terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

Zaid bin Haritsah

Zaid bin Haritsah adalah orang yang dipercaya oleh Rasulullah untuk menyimpan rahasia beliau. Ia juga adalah orang yang ditunjuk sebagai panglima delegasi dan pasukan Rasul.

Zaid Bin Tsabit Al Anshary

Zaid Bin Tsabit Al Anshary adalah sahabat Nabi yang menjadi tangan kanan sang Nabi untuk menghimpun menuliskan dan ayat-ayat suci alquran. Namanya terkenal sebagai penulis wahyu.