Tag: Kuda

Sunnah Memanah Dan Naik Kuda

Sunnah Memanah & Naik Kuda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di atas mimbar dan berkata: “Dan persiapkan untuk mereka apa yang kalian mampu berupa kekuatan. Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah memanah!
(HR. Abu Daud)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan memasukkan tiga orang ke dalam surga lantaran satu anak panah. Yakni, orang yang membuatnya dengan berharap memperoleh kebaikan, orang yang memanahkannya dan orang yang menyiapkannya.” Beliau juga bersabda: “Berlatihlah memanah dan berkuda. Dan jika kalian memilih memanah maka hal itu lebih aku sukai daripada berkuda. Dan tiga hal yang tidak termasuk sia-sia; latihan berkuda, senda gurau bersama isteri dan melepaskan panah dari busurnya. Barangisapa meninggalkan melempar panah setelah diajari karena berpaling darinya maka sungguh itu merupakan nikmat yang ia tinggalkan.”
(HR. Ahmad)

Naik Kuda Saat Mengantar Jenazah

Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’adz, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Simak, saya mendengar Jabir bin Samurah ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menshalati Ibnu Ad Dahdah, dan kami menyaksikan, kemudian beliau diberi kuda lalu kuda tersebut diikat hingga beliau menaikinya dan berjalan pelan, sementara kami berjalan di sekitarnya.
HR. Abu Daud

Bighal Adalah Perkawinan Kuda Dan Keledai

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah bin Sa’id berkata; telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Abu Al Khair dari Ibnu Zurair dari Ali bin Abu Thalib radliallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi hadiah seekor bighal, kemudian beliau menaikinya. Kemudian Ali berkata, “Seandainya kita kawinkan keledai dengan kuda niscaya kita memiliki yang seperti ini. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang melakukan hal itu adalah orang-orang yang tidak mengetahui.”
HR. Nasa’i

Apa Yang Kita Inginkan, Semua Ada Di Surga

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman berkata: Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ashim bin Ali telah menceritakan kepada kami Al Mas’udi dari ‘Alqamah bin Murtsid dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya, seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam: Wahai Rasulullah, apakah di surga ada kuda? Beliau menjawab: Bila Allah memasukkanmu ke surga, kau akan dibawa di atas kuda dari permata merah di surga yang membawamu terbang di surga semaumu.” Orang lain bertanya pada beliau: Wahai Rasulullah, apakah di surga ada unta? Beliau tidak menjawab seperti yang dikatakan kepada temannya, beliau bersabda: “Bila Allah memasukkanmu ke surga, didalamnya ada segala yang diinginkan oleh jiwamu dan dipandang nikmat oleh matamu.” Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Nashr telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak dari Sufyan dari ‘Alqamah bin Murtsid dari Abdurrahman bin Sabith dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam sepertinya dengan maknanya dan ini lebih shahih dari hadits Al Mas’udi.
HR. Tirmidzi

Rasulullah Masuk Mekkah

Telah menceritakan kepada Kami Harun bin Abdullah, telah menceritakan kepada Kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada Kami Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari Aisyah radliallahu ‘anha, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam masuk pada tahun terjadinya penaklukan Mekkah dari Kada`, dari bagian Mekkah paling tinggi, dan beliau masuk pada saat umrah dari Kuda (Tsaniyah yang paling rendah). Ia berkata; dan ‘Urwah memasuki dari keduanya, yang paling sering ia memasuki dari Kuda dan itu adalah yang lebih dekat dari rumahnya.
Hadits Riwayat Abu Daud

Tafsir Surat Al-Adiyat Dan Terjemahan

Surat Al-‘Adiyat (Berlari kencang)
11 Ayat • Surat ke 100 • Makkiyah

Surat Al-‘Adiyat Ayat 1

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا

1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,

Tafsir: (Demi yang berlari kencang) di dalam perang, yaitu kuda yang lari dengan kencangnya di dalam peperangan (dengan terengah-engah) lafal Adh-Dhabhu artinya suara napas kuda sewaktu berlari kencang.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 2

فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا

2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),

Tafsir: (Dan demi yang mencetuskan api) maksudnya kuda yang memercikkan api (dengan pukulan) teracak kakinya apabila ia berlari di tanah yang banyak batunya pada malam hari.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 3

فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا

3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,

Tafsir: (Dan demi yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi) yaitu kuda yang menyerang musuh di waktu pagi, karena pengendaranya melakukan penyerbuan di waktu tersebut.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 4

فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا

4. maka ia menerbangkan debu,

Tafsir: (Maka ia menerbangkan) atau mengepulkan (di waktu itu) di waktu tersebut, atau di tempat ia berlari (debu) karena gerakannya yang sangat keras.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 5

فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا

5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,

Tafsir: (Dan menyerbu dalam kepulan debu ke tengah-tengah) artinya dengan membawa kepulan debu (kumpulan musuh) yang diserangnya; maksudnya kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah musuh dalam keadaan menyerang. Lafal Fawasathna yang kedudukannya sebagai Fi’il di’athafkan kepada Isim, karena mengingat bahwa semua Isim yang di’athafkan kepadanya mengandung makna Fi’il pula. Yakni demi yang berlari kencang, lalu mencetuskan api, lalu menerbangkan debu.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 6

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ

6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,

Tafsir: (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah manusia yang kafir (sangat ingkar kepada Rabbnya) artinya ia mengingkari semua nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepadanya.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 7

وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ

7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,

Tafsir: (Dan sesungguhnya manusia itu terhadap hal tersebut) terhadap keingkarannya (menyaksikan sendiri) atau dia menyaksikan bahwa dirinya telah berbuat ingkar.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 8

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.

Tafsir: (Dan sesungguhnya karena cintanya kepada kebaikan) maksudnya cinta atas harta benda (dia sangat bakhil) artinya lantaran sangat mencintai harta, jadilah ia seorang yang amat bakhil atau kikir.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 9

۞ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ

9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

Tafsir: (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan) dibangunkan dan dikeluarkan (apa yang ada dalam kubur) yakni orang-orang mati yang dikubur di dalamnya.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 10

وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ

10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

Tafsir: (Dan dilahirkan) atau ditampakkan dan dikeluarkan (apa yang ada dalam dada) maksudnya, apa yang tersimpan di dalam kalbu berupa kekafiran dan keimanan.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 11

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ

11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

Tafsir: (Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka) karena itu Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas kekafiran mereka. Di sini Dhamir diulangi penyebutannya dalam bentuk jamak, hal ini tiada lain karena memandang segi makna yang dikandung lafal Al-Insaan. Jumlah ayat ini menunjukkan pengertian Maf’ul bagi lafal Ya’lamu; artinya sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepadanya pada saat itu. Berta’alluqnya lafal Khabiirun kepada lafal Yaumaidzin memberikan pengertian, bahwa hari itu adalah hari pembalasan, karena sesungguhnya Allah selama-lamanya Maha Mengetahui.