Tag: Musuh

Terbunuhnya Abu Jahal

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi telah mengabarkan kepada kami Yusuf bin Al Majisyun dari Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf dari ayahnya dari Abdurrahman bin Auf bahwa dia berkata, “Ketika aku berdiri dalam barisan tentara pada saat perang Badar, aku melihat ke samping kanan dan kiriku, ternyata aku berada di antara dua anak muda dari kaum anshar, padahal sebelumnya aku berangan-angan berada di antara dua orang yang lebih kuat daripada mereka berdua. Kemudian salah seorang dari keduanya memberi isyarat kepadaku dengan matanya seraya berkata, “Wahai paman, apakah paman mengetahui orang yang bernama Abu Jahal?” Aku menjawab, “Ya, lantas apa keperluanmu dengannya wahai anak saudaraku?” dia menjawab, “Aku mendapat kabar bahwa ia telah mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika aku melihatnya maka aku tidak akan berpisah darinya sampai ada di antara kami yang menemui ajalnya.” Abdurrahman melanjutkan, “Aku pun terkejut mendengarnya. Lalu seorang lainnya memberi isyarat kepadaku dengan matanya seraya bertanya dengan pertanyaan yang sama. Tidak lama setelah itu, aku melihat Abu Jahal bergerak di antara kerumunan orang-orang sehingga aku berkata kepada keduanya, “Tidakkah kalian lihat, itulah orang yang kalian tanyakan kepadaku tadi.” Abdurrahman melanjutkan, “Setelah itu mereka berdua segera memburunya dan memukulkan pedang mereka hingga akhirnya mereka berdua dapat membunuh Abu Jahal. Setelah membunhnya, keduanya kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberitahukan kepada beliau, maka beliau pun bertanya: ‘Siapakah di antara kalian berdua yang telah membunuhnya? ‘ masing-masing dari mereka menjawab, ‘Akulah yang telah membunuhnya! ‘ Beliau bersabda: ‘Apakah kalian berdua telah membersihkan pedang kalian? ‘ Mereka berkata, ‘Belum.’ Beliaupun melihat kedua pedang itu sambil bersabda: ‘Kalian berdua telah membunuhnya.’ Kemudian beliau memberikan harta yang diambil dari musuh yang terbunuh kepada Mu’adz bin ‘Amru bin Jamuh. Sedangkan kedua anak muda itu adalah Mu’adz bin ‘Amru bin Jamuh dan Mu’adz bin ‘Afra.”
HR. Muslim

Janji Iblis

JANJI IBLIS
قَالَ فَبِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ  لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,
[QS. Al-A’raf: Ayat 16]
ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ  ؕ  وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
[QS. Al-A’raf: Ayat 17]
قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا    ؕ  لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَــٴَــنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ
(Allah) berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.”
[QS. Al-A’raf: Ayat 18]
قَالَ رَبِّ بِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَـنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ ۙ 
Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,
[QS. Al-Hijr: Ayat 39]
اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ  الْمُخْلَصِيْنَ
kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.”
[QS. Al-Hijr: Ayat 40]

Tafsir Surat Al-Adiyat Dan Terjemahan

Surat Al-‘Adiyat (Berlari kencang)
11 Ayat • Surat ke 100 • Makkiyah

Surat Al-‘Adiyat Ayat 1

وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا

1. Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,

Tafsir: (Demi yang berlari kencang) di dalam perang, yaitu kuda yang lari dengan kencangnya di dalam peperangan (dengan terengah-engah) lafal Adh-Dhabhu artinya suara napas kuda sewaktu berlari kencang.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 2

فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا

2. dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),

Tafsir: (Dan demi yang mencetuskan api) maksudnya kuda yang memercikkan api (dengan pukulan) teracak kakinya apabila ia berlari di tanah yang banyak batunya pada malam hari.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 3

فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا

3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,

Tafsir: (Dan demi yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi) yaitu kuda yang menyerang musuh di waktu pagi, karena pengendaranya melakukan penyerbuan di waktu tersebut.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 4

فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا

4. maka ia menerbangkan debu,

Tafsir: (Maka ia menerbangkan) atau mengepulkan (di waktu itu) di waktu tersebut, atau di tempat ia berlari (debu) karena gerakannya yang sangat keras.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 5

فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا

5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,

Tafsir: (Dan menyerbu dalam kepulan debu ke tengah-tengah) artinya dengan membawa kepulan debu (kumpulan musuh) yang diserangnya; maksudnya kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah musuh dalam keadaan menyerang. Lafal Fawasathna yang kedudukannya sebagai Fi’il di’athafkan kepada Isim, karena mengingat bahwa semua Isim yang di’athafkan kepadanya mengandung makna Fi’il pula. Yakni demi yang berlari kencang, lalu mencetuskan api, lalu menerbangkan debu.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 6

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ

6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,

Tafsir: (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah manusia yang kafir (sangat ingkar kepada Rabbnya) artinya ia mengingkari semua nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepadanya.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 7

وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ

7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,

Tafsir: (Dan sesungguhnya manusia itu terhadap hal tersebut) terhadap keingkarannya (menyaksikan sendiri) atau dia menyaksikan bahwa dirinya telah berbuat ingkar.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 8

وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

8. dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.

Tafsir: (Dan sesungguhnya karena cintanya kepada kebaikan) maksudnya cinta atas harta benda (dia sangat bakhil) artinya lantaran sangat mencintai harta, jadilah ia seorang yang amat bakhil atau kikir.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 9

۞ أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ

9. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,

Tafsir: (Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan) dibangunkan dan dikeluarkan (apa yang ada dalam kubur) yakni orang-orang mati yang dikubur di dalamnya.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 10

وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ

10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,

Tafsir: (Dan dilahirkan) atau ditampakkan dan dikeluarkan (apa yang ada dalam dada) maksudnya, apa yang tersimpan di dalam kalbu berupa kekafiran dan keimanan.

Surat Al-‘Adiyat Ayat 11

إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ

11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.

Tafsir: (Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka) karena itu Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas kekafiran mereka. Di sini Dhamir diulangi penyebutannya dalam bentuk jamak, hal ini tiada lain karena memandang segi makna yang dikandung lafal Al-Insaan. Jumlah ayat ini menunjukkan pengertian Maf’ul bagi lafal Ya’lamu; artinya sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepadanya pada saat itu. Berta’alluqnya lafal Khabiirun kepada lafal Yaumaidzin memberikan pengertian, bahwa hari itu adalah hari pembalasan, karena sesungguhnya Allah selama-lamanya Maha Mengetahui.