Tag: putri Rasulullah

Kisah Fatimah Az-Zahra Part 3

Menyingkap kisah keberkatan kalung Fatimah az-Zahra’

Pengorbanan ikhlas anak Rasulullah bantu lelaki miskin hasilkan ganjaran berlipat ganda
DIRIWAYATKAN, setelah selesai solat berjemaah, Rasulullah SAW duduk dan sahabat mengelilingi Baginda, tiba-tiba datang seorang tua yang hampir tidak berdaya menupang tubuhnya kerana lapar.
Orang tua itu berkata: “Ya Rasulullah, aku kelaparan, berilah aku makan, aku tidak punya pakaian, berilah aku pakaian, dan aku miskin, berilah aku kecukupan.” Rasulullah yang dermawan itu berkata: “Aku tidak punya apa-apa pun untukmu, akan tetapi orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan ganjarannya sama dengan orang yang melakukannya, kerana itu cubalah datang ke rumah orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, tentu dia akan mendahului Allah berbanding dirinya sendiri, pergilah ke rumah Fatimah, wahai Bilal, tolong hantarkan ia ke rumah Fatimah.”
Bertolaklah mereka ke rumah puteri Rasulullah yang mulia Fatimah az-Zahra. Setiba di depan rumah Fatimah, dia memanggil dengan suara keras: “Assalamualaikum wahai keluarga Nabi SAW, keluarga di mana Jibril AS menurunkan al-Quran daripada Tuhan semesta alam.”
Setelah menjawab salam, Fatimah bertanya: “Siapakah bapa?” Ia menjawab: “Aku orang tua dari suku Arab Badwi, aku telah bertemu ayahmu, pemimpin umat manusia, sementara aku wahai puteri Rasulullah adalah orang yang tidak berpakaian, lapar dan miskin, bantulah aku, semoga Allah memberkatimu.”
Ketika itu, Rasulullah dan keluarga Baginda sedang mengalami kesulitan sama, sejak tiga hari lalu mereka belum makan. Rasulullah pun mengetahui keadaan mereka, maka Fatimah pun mengambil kulit kambing yang biasa diguna pakaikan oleh Hassan dan Hussain untuk alas tidur kedua-duanya.
“Ambillah ini, semoga bapa mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripadanya,” kata Fatimah sambil memberikan kulit itu. Orang tua itu berkata: “Wahai puteri Nabi, aku mengadukan keadaanku yang lapar, tapi engkau hanya memberi kulit kambing ini? Apa yang aku perbuat dengan kulit ini?
Mendengar kata orang tua itu, Fatimah mengambil kalung yang dipakainya dan hanya itulah satu-satunya milik yang paling berharga, diserahkannya kalung itu sambil berkata: “Ambillah ini dan juallah. Semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik.”
Orang itupun menerima kalung itu dengan gembira lalu pergi ke masjid untuk menemui Rasulullah. Setibanya di masjid dia mengatakan kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, Fatimah puterimu telah memberikan kalung ini dan ia berkata: “Juallah kalung ini, semoga Allah memberimu sesuatu yang lebih baik.”
Mendengar itu, Rasulullah SAW pun menangis. Ammar pun berdiri seraya berkata: “Ya Rasulullah apakah anda mengizinkanku untuk membeli kalung itu?” Rasulullah menjawab: “Belilah wahai Ammar, sekiranya jin dan manusia ikut membelinya tentu Allah tidak akan menyiksa mereka dengan api neraka.” Ammar bertanya: “Dengan harga berapa engkau akan menjual kalung itu wahai saudaraku?”
Orang itu menjawab: “Seharga roti dan daging yang akan menghilangkan rasa laparku, selembar kain Yaman yang akan menutupi auratku agar aku dapat solat menghadap Tuhanku, dan satu dinar wang untuk pulang menemui keluargaku.”
Kemudian Ammar menjual bahagian harta rampasan perang yang didapati daripada Rasulullah, tidak ada yang tersisa sedikitpun, ia berkata kepada orang Arab Badwi itu: “Anda akan saya beri wang 20 dinar dan 200 dirham, sehelai kain Yaman, kenderaan untuk menghantar kamu sampai ke rumah dan rasa kenyang daripada roti dan daging.”
Orang itu berkata: Wahai, betapa pemurahnya tuan ini. Semoga Allah memberkati anda wahai tuan yang mulia.”
Ammar mengajak orang tua itu ke rumahnya dan memberikan semua yang dijanjikan kepadanya. Kemudian orang itu menjumpai Nabi SAW, yang kemudian berkata: “Sudahkah bapa kenyang dan berpakaian?” Orang itu berkata: “Sudah Ya Rasulullah, bahkan demi Allah, aku menjadi orang yang kaya saat ini.” Rasulullah bersabda bermaksud: “Jika demikian, balaslah Fatimah atas perbuatannya.”
Orang itu berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, kami tidak mengabdikan melainkan hanya pada-Mu. Ya Allah, berilah kepada Fatimah hal yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbayang oleh hati manusia.”
Rasulullah SAW mengaminkan doa orang itu lalu menjumpai sahabat seraya berkata: “Sesungguhnya Allah telah memberikan hal itu kepada Fatimah di dunia, demikian itu kerana aku adalah ayahnya, tidak ada seorang pun yang seperti denganku. Ali adalah suaminya, tidak ada orang yang sebanding dengannya. Allah juga memberinya Hassan dan Husain, tidak ada manusia yang seperti dengan kedua-duanya di alam ini, kedua-duanya adalah pemimpin pemuda syurga.”
Di antara sahabat mulia yang hadir ketika itu adalah Miqdad Ibnu Amr, Ammar, Bilal, dan Salman RA. Rasulullah bertanya: “Mahukah aku tambah lagi?” “Mahu Ya Rasulullah.”
Jawab mereka singkat. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Baru saja malaikat Jibril datang padaku dan berkata: “Jika Fatimah telah dipanggil oleh Allah dan saat di kuburnya akan ditanya, siapa Tuhanmu? Maka dia menjawab: Tuhanku adalah Allah, kemudian ditanya: Siapakah Nabimu? Maka ia akan menjawab: Nabiku adalah ayahku. Siapa yang berziarah kepadaku setelah wafatku seolah-olah dia mengunjungiku pada waktu hidupku, dan siapa yang berziarah kepada Fatimah, seakan-akan dia berziarah kepadaku.”
Ammar pulang ke rumahnya mengambil kalung itu lalu menitikkan minyak wangi dan membungkusnya dengan kain Yaman. Dia memiliki seorang hamba yang bernama Sahmun yang dibeli dari ghanimah ketika Perang Khaibar. Kalung itu diserahkan kepada hambanya seraya berkata: “Berikan ini kepada Rasulullah dan engkau aku hadiahkan untuk Baginda.”
Hamba itupun mengambil bungkusan kalung itu dan membawanya kepada Rasulullah lalu menyampaikan apa yang dikatakan Ammar. Rasulullah bersabda bermaksud: “Pergilah kepada Fatimah, berikan kalung itu kepadanya dan engkau menjadi miliknya.”
Pergilah hamba itu menyampaikan apa yang dikatakan Rasulullah kepada Fatimah. Fatimah lalu menerima kalung itu, kemudian membebaskan Sahmun daripada kedudukannya sebagai seorang hamba. Sahmun pun tertawa.
Fatimah bertanya: “Apa yang membuatmu tertawa Ya ghulam? Sahmun berkata: “Betapa besarnya keberkatan kalung ini, inilah yang membuatku tertawa. Kalung ini telah mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang telanjang, menjadikan kaya orang yang miskin, dan memerdekakan seorang hamba, akhirnya kalung ini kembali kepada pemiliknya.”

Kisah Keguguran Fatimah Az-zahra Putri Rasulullah Sebelum Meninggal

Sering kita dengar tentang penderitaan yang menimpa keluarga Nabi, kisah-kisah yang membangkitkan emosi, tapi celakanya akal pun jadi tertutup dan tidak lagi berkesempatan untuk berpikir. 
Qunfudz diutus oleh Abubakar dan mencambuk Fatimah
Fatimah menghalangi para penyerang hingga tidak bisa menyentuh Ali di pintu rumah, lalu Qunfudz mencambuknya dengan cambuk, sampai di sini, sementara dalam bagian lain disebutkan : Abubakar mengutus Qunfudz untuk mencambuk Fatimah, lalu berhasil memaksa Fatimah untuk berada di balik pintu, lalu Qunfudz mendorongnya hingga tulang rusuknya patah dan janin yang dikandungnya gugur.
Lihat Al Ihtijaj jilid 1 hal 212, Mir’atul Uqul jilid 5 hal 320.
Qunfudz mencengkeramnya di pintu rumah
Qunfudz berhasil membuat Fatimah terpepet di pintu dan berhasil didorong, lalu Qunfudh mematahkan tulang rusuk dan janin yang ada di perutnya seketika keluar, Fatimah terbaring di tempat tidur hingga wafat sebagai syahid.
Lihat Kitab Sulaim bin Qais, Tahqiq Muhammad Baqir Al Anshari. Jilid 3 hal 588
Qunfudz budak orang itu, memukul Fatimah dengan gagang pedang
Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah Alaihissalam dalam haditsnya : sebab wafatnya Fatimah adalah ketika Qunfudz budak orang itu memukulnya dengan gagang pedang atas perintahya, lalu menggugurkan janin Muhsin, dan membuat Fatimah sakit parah, dia melarang orang yang menyakitinya dari menjenguknya,
Lihat Dala’ilul Imamah, At Thabari, hal 45
Umar menendang pintu dan pintu, Fatimah jatuh tertimpa pintu, -tanpa patah tulang-
Fatimah mendorong pintu agar menghalangi mereka masuk, Umar menendang pintu hingga terlepas dan mengenai perut Fatimah hingga Muhsin gugur dari perut ibunya.
Multaqal Bahrain hal 81, Al Jannah Al Ashimah hal 251
Umar menggunakan pedang dan cambuk tanpa menyentuh pintu
Fatimah berteriak Wahai Ayahku, Wahai Rasulullah, lalu Umar mengangkat pedang yang masih di sarungnya dan memukul perut Fatimah, lalu Fatimah berteriak lagi, wahai ayahku, lalu Umar mencambuk tangan Fatimah,  Fatimah memanggil Wahai Rasulullah, betapa buruk penggantim, Abubakar dan Umar, Ali melompat dan mencengkeram baju Umar dan membantingnya, dan memukul hidung serta lehernya. Ali berniat membunuh Umar tetapi dia teringat wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam.
Kitab Sulaim bin Qais , jilid 3 hal 538
Fatimah didorong di pintu, tanpa ditendang, tanpa pedang, cambuk atau paku
Al Mas’udi, seorang ahli sejarah mengatakan : Amirul Mu’minin Ali tinggal di rumahnya beserta beberapa pengikutnya, seperti yang dipesankan oleh Rasulullah, lalu mereka menuju rumah Ali dan menyerbunya, membakar pintu rumah dan memaksa orang yang di dalamnya untuk keluar, mereka mendorong Fatimah di pintu hingga janinnya gugur, mereka memaksa Ali untuk berbaiat dan Ali menolak, dan mengatakan : aku tidak mau, mereka mengatakan : kalau begitu kami akan membunuhmu, Ali mengatakan: jika kalian membunuhku maka aku adalah Hamba Allah dan saudara RasulNya. Lihat Itsbatul Washiyyah hal 123.
Yang memukul Fatimah adalah Mughirah bin Syu’bah
Imam Hasan berbicara pada Mughirah bin Syu’bah di majlis Muawiyah: kamu memukul fatmah binti Rasulullah hingga berdarah dan gugur janinnya, kamu melakukan itu untuk menghinakan Rasulullah, dan melanggar perintahnya, menghina kehormatannya, Rasulullah pernah bersabda padanya : engkau adalah penghulu wanita penghuni sorga, semoga Allah memasukkanmu ke dalam neraka. Lihat dalam  Al Ihtijaj dan Biharul Anwar jilid 10.
Umar menyerbu rumah Ali bersama tiga ratus orang.
Diriwayatkan mengenai penyebab wafatnya Fatimah : Umar bin Khattab menyerang rumah Ali dan Fatimah bersama tiga ratus orang. Lihat dalam kitab Al Awalim jilid 2 hal 58
Umar memukul Fatimah di jalan, bukan di rumah
Fatimah berhasil meminta surat dari Abubakar yang berisi pengembalian tanah Fadak pada Fatimah, ketika di jalan Fatimah bertemu Umar dan kemudian Umar bertanya: wahai putri Muhammad, surat apa yang ada di tanganmu? Fatimah menjawab: surat dari Abubakar tentang pengembalian tanah Fadak, Umar berkata lagi : bawa sini surat itu, Fatimah menolak menyerahkan surat itu, lalu Umar menendang Fatimah
Amali Mufid hal 38, juga kitab Al Ikhtishash
Yang mencengkram Fatimah hingga janinnya gugur adalah Khalid bin Walid
At Thuraihi mengatakan : ketika Khalid binWalid mencengkeramnya dan janin Muhsin pun gugur.
Lihat Ma’sat Az Zahra jilid 2 hal 143, Sayyid Ja’far Murtadha
Al Muntakhab, hal 136 karya At Thuraihi
Tidak jelas siapa yang memukul Fatimah
As Shaduq meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam bersabda : seakan saya melihat rumahnya dimasuki kehinaan, kehormatannya dilecehkan, diserobot haknya, dihalangi untuk menerima warisannya, tulang rusuknya dipatahkan, dan janinnya digugurkan.
Amali Shaduq hal 100
Fatimah dicambuk.
Yang disesalkan adalah mereka memukul Fatimah Alaihassalam, telah diriwayatkan bahwa mereka memukulnya dengan cambuk
Talkhis Syafi jilid 3 hal 156
Punggungnya dicambuk dan dipukul dengan pedang.
Lalu Miqdad berdiri dan mengatakan : putri Nabi telah meninggal dunia, sedang darah mengalir di punggung dan rusuknya karena kalian mencambuknya dan memukulnya dengan pedang, sedangkan di mata kalian aku lebih hina dibanding Ali dan Fatimah
Ahwal Saqifah/ Kamil Al Baha’I, Hasan bin Ali bin Muhamamd bin Ali bin Hasan At Thabari yang dikenal dengan nama Imadudin At Thabari, jilid 1 hal 312
Ada baiknya disini kita simak bersama penuturan Sayid Ja’far Murtadha Al Amili dalam kitab “ Zhulumat Ummi Kaltsum”:
Tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa jika nampak kontradiksi dalam banyak riwayat yang menceritakan tentang suatu kejadian, maka sangat wajar jika kita meragukan validitas riwayat-riwayat itu, bahkan keraguan akan muncul di hati para peneliti, dan memaksanya untuk mencari riwayat yang shahih dan mana yang berisi kebohongan dari riwayat-riwayat itu, ini jika kita tidak ingin mengatakan : kontradiksi ini membuat kita ragu dan bertanya apakah kejadian itu benar terjadi atau tidak.
Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara . Al Hujurat ayat 10
Jalinan persaudaraan yang ada antara kaum muslimin adalah jalinan yang lahir akibat adanya persamaan yang mendasar antara mereka, yaitu persamaan akidah tauhid yang terwujud melalui dua kalimat syahadat, dengan demikian seluruh yang mengucapkan dua kalimat syahadat menjadi bersaudara. Ukhuwah Islamiyah memiliki peranan yang penting bagi kehidupan muslim. Sehingga syareat Islam menggariskan beberapa aturan agar hubungan sesama kaum muslimin selalu Bagai tanaman yang harus dipupuk dan disiram, begitu pula ukhuwah Islamiyah haruslah dijaga dan dikokohkan.
Dengan persatuan yang kokoh musuh tidak dapat mengalahkan dan menjajah kaum muslimin, derita yang dialami oleh kaum muslimin, kurangnya persatuan dan adanya kaum munafikin yang bermuka dua, mereka bermuka manis di depan kaum muslimin dan bekerja untuk kepentingan musuh, kaum munafikin yang memecah belah kaum muslimin dan membantu orang kafir dalam melancarkan makar-makar mereka untuk memecah belah kaum muslimin. Mereka bagaikan musuh dalam selimut dan musang berbulu domba yang selalu bermanis muka di depan kaum muslimin sementara di kegelapan malam mereka bekerjasama dengan musuh untuk melancarkan makar mereka.
Allah telah memberi isyarat bagi kaum muslimin untuk menghindari perpecahan dengan memerintahkan untuk menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan percikan api perselisihan dan perpecahan.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. 49:6)
Ini karena salah satu faktor utama perpecahan adalah berita bohong, karena itulah Allah memanggil orang beriman –hanya orang beriman saja, orang munafik dan orang kafir tidak ikut mendapat panggilan Allah dalam ayat ini- agar meneliti berita yang disebarkan oleh orang fasik, agar tidak bersikap keliru terhadap orang yang salah, akhirnya ketika sikap keliru itu dimanifestasikan dalam ucapan dan perbuatan, maka akan berpotensi mengakibatkan perpecahan.
Sering kita dengan mereka-mereka yang menghasut kaum muslimin agar membenci sahabat Nabi, dengan menyebarkan cerita-cerita bohong yang sayangnya jarang dari kita yang mau meluangkan waktu untuk meneliti cerita-cerita itu. Hingga akhirnya banyak dari kaum muslimin yang terperangkap pada perbuatan membenci sahabat Nabi yang dicintai Allah. Allah berfirman:
tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekefiran, kefasikan dan kedurhakaan.Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (QS. 49:7)
Allah menjadikan sahabat mencintai keimanan, membuat iman jadi indah di hati mereka. Lalu mengapa kita membenci sahabat Nabi yang beriman karena cerita-cerita yang ternyata tidak jelas?

Cantiknya Ruqayyah

Di dalam Islam, keluarga Rasulullah ﷺ memiliki kedudukan yang istimewa. Umat ini menyebut keluarga mulia ini dengan ahlul bait. Anak dan istri Rasulullah ﷺ, keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas, merekalah ahlul bait itu. Beliau ﷺ berpesan,

وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي

“Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku.” (HR. Ahmad, No.18464).

Sebuah pesan yang dalam sehingga beliau merasa perlu mengulanginya tiga kali agar benar-benar diperhatikan.

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku lebih senang menyambung tali kekerabatan kepada keluarga Rasulullah ﷺ daripada keluargaku sendiri.” (HR. Bukhari, No. 3712).

Jika kita hendak mengamalkan pesan Nabi. Atau meneladani Abu Bakar. Salah satu langkah yang bisa kita tempuh adalah dengan mengenal anggota keluarga beliau ﷺ. Di antara anggota keluarga beliau adalah Ruqayyah binti Muhammad ﷺ.

Mengenal Ruqayyah, Putri Rasulullah

Ruqayyah adalah putri dari penghulu manusia dan utusan Allah ﷻ yang paling utama, Muhammad bin Abdullah ﷺ. Sedangkan ibunya adalah wanita terbaik, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha.

Putri Nabi ini lahir saat Rasulullah berusia 33 tahun.

Rasulullah menikahkan putrinya ini dengan Utbah bin Abu Lahab. Pernikahan yang dilangsungkan saat usianya belum genap 10 tahun. Demikianlah kultur saat itu. Penikahan berlangsung di usia muda. Nabi juga menikahkan putri beliau yang lain, Ummu Kultsum, dengan Utaibah bin Abu Lahab. Pada saat turun surat al-Masad atau al-Lahab yang mencela kekufuran Abu Lahab.

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” Hingga ayat terakhir…

Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb, berkata kepada kedua putranya, “Ceraikanlah putri-putri Muhammad!”

Keduanya pun menceraikan putri beliau sebelum mencapurinya. Ini adalah kemuliaan dari Allah. Kemudian ia menikah dengan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Memeluk Islam dan Hijrah ke Habasyah

Ruqayyah memeluk Islam ketika ibunya, Khadijah binti Khuwailid beriman kepada suaminya. Kemudian Rasulullah ﷺ membaiat Ruqayyah dan saudari-saudarinya bersama wanita-wanita lain yang baiat kepada Nabi. Saat itu ia baru berusia 7 tahun.

Kunyahnya adalah Ummu Abdillah. Dan juga disebut Dzu Hijratain, karena turut serta dalam dua kali hijrah. Ke Habasyah dan ke Madinah.

Saat Utsman hendak hijrah ke Habasyah, Rasulullah berkata padanya, “Bawa sertalah Ruqayyah bersamamu.”

Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abu Bakar menyifati keduanya:

يا أبا بكر، إنهما لأول من هاجر بعد لوط وإبراهيم عليهما الصلاة والسلام

“Wahai Abu Bakar, keduanya adalah orang pertama yang berhijrah di jalan Allah setelah Luth dan Ibrahim ‘alaihimassalaam.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 6849).

Pernikahan dengan Utsman

Kesabaran senantiasa berbuah indah, di dunia atau di akhirat. Allah ﷻ gantikan musibah karamnya biduk rumah tangga Ruqayyah di masa silam dengan ganti yang jauh lebih mulia. Ia berjodoh dengan laki-laki mulia dan shaleh. Dialah yang termasuk 8 orang pertama yang memeluk Islam. Seorang yang dikabarkan menjadi ahli surga saat masih menghela nafas di dunia. Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Selain kedudukan mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya, Utsman bin Affan juga memiliki keutamaan lainnya. Ia adalah salah seorang pemuda Quraisy yang terkaya, tampan, mulia, dan dermawan. Sekarang, keutamaan itu kian bertambah. Ia dianugerahi wanita shalihah, Ruqayyah putri Rasulullah ﷺ. Dari pernikahan ini, keduanya dianugerahi seorang putra. Yang mereka namai Abdullah. Ruqayyah pun dikenal dengan Ummu Abdullah (al-Hakim dalam al-Mustadrak 6850).

Wafat

Saat kaum muslimin bersiap berangkat, mencegat kafilah dagang Quraisy di Badar, Utsman bin Affan radhiallahu mohon izin kepada Rasulullah ﷺ untuk tak turut serta. Ia ingin mendampingi istrinya yang tengah sakit. Rasulullah ﷺ mengizinkannya.

Ketika Zaid bin Haritsah masuk ke Madinah menyampaikan kabar gembira tentang kemengan di Badar, saat itu pula kabar duka mengaduk suasana. Putri Rasulullah ﷺ wafat di sisi suaminya, Utsman bin Affan. (Ibnu Hibban dalam ats-Tsiqat, 2/144).

Ruqayyah wafat pada usia 22 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Baqi’ al-Gharqad, Madinah.

Semoga Allah merahmati Ruqayyah, putri Rasulullah. Ia adalah wanita pahlawan dua hijrah. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada ayahnya dan seluruh keluarganya. Dan juga memberi rahmat kepada ibunya, Khadijah.

Mengenal Putri Rasulullah, Ruqayyah

Di dalam Islam, keluarga Rasulullah ﷺ memiliki kedudukan yang istimewa. Umat ini menyebut keluarga mulia ini dengan ahlul bait. Anak dan istri Rasulullah ﷺ, keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas, merekalah ahlul bait itu. Beliau ﷺ berpesan,

وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي

“Dan terhadap ahli baitku, aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku. Aku ingatkan kalian kepada Allah tentang ahli baitku.” (HR. Ahmad, No.18464).

Sebuah pesan yang dalam sehingga beliau merasa perlu mengulanginya tiga kali agar benar-benar diperhatikan.

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Sungguh aku lebih senang menyambung tali kekerabatan kepada keluarga Rasulullah ﷺ daripada keluargaku sendiri.” (HR. Bukhari, No. 3712).

Jika kita hendak mengamalkan pesan Nabi. Atau meneladani Abu Bakar. Salah satu langkah yang bisa kita tempuh adalah dengan mengenal anggota keluarga beliau ﷺ. Di antara anggota keluarga beliau adalah Ruqayyah binti Muhammad ﷺ.

Mengenal Ruqayyah, Putri Rasulullah

Ruqayyah adalah putri dari penghulu manusia dan utusan Allah ﷻ yang paling utama, Muhammad bin Abdullah ﷺ. Sedangkan ibunya adalah wanita terbaik, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha.

Putri Nabi ini lahir saat Rasulullah berusia 33 tahun.

Rasulullah menikahkan putrinya ini dengan Utbah bin Abu Lahab. Pernikahan yang dilangsungkan saat usianya belum genap 10 tahun. Demikianlah kultur saat itu. Penikahan berlangsung di usia muda. Nabi juga menikahkan putri beliau yang lain, Ummu Kultsum, dengan Utaibah bin Abu Lahab. Pada saat turun surat al-Masad atau al-Lahab yang mencela kekufuran Abu Lahab.

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” Hingga ayat terakhir…

Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb, berkata kepada kedua putranya, “Ceraikanlah putri-putri Muhammad!”

Keduanya pun menceraikan putri beliau sebelum mencapurinya. Ini adalah kemuliaan dari Allah. Kemudian ia menikah dengan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Memeluk Islam dan Hijrah ke Habasyah

Ruqayyah memeluk Islam ketika ibunya, Khadijah binti Khuwailid beriman kepada suaminya. Kemudian Rasulullah ﷺ membaiat Ruqayyah dan saudari-saudarinya bersama wanita-wanita lain yang baiat kepada Nabi. Saat itu ia baru berusia 7 tahun.

Kunyahnya adalah Ummu Abdillah. Dan juga disebut Dzu Hijratain, karena turut serta dalam dua kali hijrah. Ke Habasyah dan ke Madinah.

Saat Utsman hendak hijrah ke Habasyah, Rasulullah berkata padanya, “Bawa sertalah Ruqayyah bersamamu.”

Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan 4 orang wanita. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Affan dan istrinya Ruqayyah. Rasulullah ﷺ bersabda kepada Abu Bakar menyifati keduanya:

يا أبا بكر، إنهما لأول من هاجر بعد لوط وإبراهيم عليهما الصلاة والسلام

“Wahai Abu Bakar, keduanya adalah orang pertama yang berhijrah di jalan Allah setelah Luth dan Ibrahim ‘alaihimassalaam.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 6849).

Pernikahan dengan Utsman

Kesabaran senantiasa berbuah indah, di dunia atau di akhirat. Allah ﷻ gantikan musibah karamnya biduk rumah tangga Ruqayyah di masa silam dengan ganti yang jauh lebih mulia. Ia berjodoh dengan laki-laki mulia dan shaleh. Dialah yang termasuk 8 orang pertama yang memeluk Islam. Seorang yang dikabarkan menjadi ahli surga saat masih menghela nafas di dunia. Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Selain kedudukan mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya, Utsman bin Affan juga memiliki keutamaan lainnya. Ia adalah salah seorang pemuda Quraisy yang terkaya, tampan, mulia, dan dermawan. Sekarang, keutamaan itu kian bertambah. Ia dianugerahi wanita shalihah, Ruqayyah putri Rasulullah ﷺ. Dari pernikahan ini, keduanya dianugerahi seorang putra. Yang mereka namai Abdullah. Ruqayyah pun dikenal dengan Ummu Abdullah (al-Hakim dalam al-Mustadrak 6850).

Wafat

Saat kaum muslimin bersiap berangkat, mencegat kafilah dagang Quraisy di Badar, Utsman bin Affan radhiallahu mohon izin kepada Rasulullah ﷺ untuk tak turut serta. Ia ingin mendampingi istrinya yang tengah sakit. Rasulullah ﷺ mengizinkannya.

Ketika Zaid bin Haritsah masuk ke Madinah menyampaikan kabar gembira tentang kemengan di Badar, saat itu pula kabar duka mengaduk suasana. Putri Rasulullah ﷺ wafat di sisi suaminya, Utsman bin Affan. (Ibnu Hibban dalam ats-Tsiqat, 2/144).

Ruqayyah wafat pada usia 22 tahun. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Baqi’ al-Gharqad, Madinah.

Semoga Allah merahmati Ruqayyah, putri Rasulullah. Ia adalah wanita pahlawan dua hijrah. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada ayahnya dan seluruh keluarganya. Dan juga memberi rahmat kepada ibunya, Khadijah.