Tag: Rasulullah

Salah Satu Doa Penting Dari Rasulullah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari para sahabat doa ini sebagaimana mengajari mereka salah satu surat dalam Al Qur`an. Beliau bersabda:
“Ucapkanlah ALLAAHUMA INNAA NA’UUDZU BIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WA A’UUDZU BIKA MIN ‘ADZAABIL QABRI WA A’UUDZU BIKA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL, WA A’UUDZUBIKA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT” 
(Ya Allah saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahnanam, dan saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan saya berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masih Dajjal, dan saya berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian).” Muslim bin Hajjaj mengatakan; “Telah sampai berita kepadaku bahwa Thawus bertanya kepada anaknya; “Apakah kamu berdoa dengan do’a tersebut dalam shalatmu?” Jawabnya; “Tidak.” Thawus berkata; “Ulangi shalatmu, sebab Thawus (maksudnya dirinya) telah meriwayatkan dari tiga atau empat orang, atau sebagaimana yang ia katakan.”

Beginilah Hajinya Rasulullah

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim semuanya dari Hatim ia berkata, – Abu Bakr berkata- Telah menceritakan kepada kami Hatim bin Isma’il Al Madani dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya ia berkata; Kami datang ke rumah Jabir bin Abdullah, lalu ia menanyai kami satu persatu, siapa nama kami masing-masing. Sampai giliranku, kusebutkan namaku Muhammad bin Ali bin Husain. Lalu dibukanya kancing bajuku yang atas dan yang bawah. Kemudian diletakkannya telapak tangannya antara kedua susuku. Ketika itu, aku masih muda belia. Lalu dia berkata, “Selamat datang wahai anak saudaraku, tanyakanlah apa yang hendak kamu tanyakan.” Maka aku pun bertanya kepadanya. Dia telah buta. Ketika waktu shalat tiba, dia berdiri di atas sehelai sajadah yang selalu dibawanya. Tiap kali sajadah itu diletakkannya ke bahunya, pinggirnya selalu lekat padanya karena kecilnya sajadah itu.
Aku bertanya kepadanya, “Terangkanlah kepadaku bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan ibadah haji.” Lalu ia bicara dengan isyarat tangannya sambil memegang sembilan anak jarinya. Katanya; Sembilan tahun lamanya beliau menetap di Madinah, namun beliau belum haji. Kemudian beliau memberitahukan bahwa tahun kesepuluh beliau akan naik haji. Karena itu, berbondong-bondonglah orang datang ke Madinah, hendak ikut bersama-sama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk beramal seperti amalan beliau. Lalu kami berangkat bersama-sama dengan beliau. Ketika sampai di Dzulhulaifah, Asma` binti Humais melahirkan puteranya, Muhammad bin Abu Bakar. Dia menyuruh untuk menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apa yang harus dilakukannya (karena melahirkan itu). Maka beliau pun bersabda: “Mandi dan pakai kain pembalutmu. Kemudian pakai pakaian ihrammu kembali.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dua raka’at di masjid Dzulhulaifah, kemudian beliau naiki untanya yang bernama Qashwa. Setelah sampai di Baida`, kulihat sekelilingku, alangkah banyaknya orang yang mengiringi beliau, yang berkendaraan dan yang berjalan kaki, di kanan-kiri dan di belakang beliau. Ketika itu turun Al Qur`an (wahyu), dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerti maksudnya, yaitu sebagaimana petunjuk amal yang harus kami amalkan. Lalu beliau teriakan bacaan talbiyah: “LABBAIKA ALLAHUMMA LABBAIKA LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA LABBAIKA INNALHAMDA WAN NI’MATA LAKA WALMULKU LAA SYARIIKA LAKA (Aku patuhi perintah-Mu ya Allah, aku patuhi, aku patuhi. Tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu; sesungguhnya puji dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu, aku patuhi perintah-Mu).” Maka talbiyah pula orang banyak seperti talbiyah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melarang mereka membacanya, bahkan senantiasa membaca terus-menerus. Niat kami hanya untuk mengerjakan haji, dan kami belum mengenal umrah. Setelah sampai di Baitullah, beliau cium salah satu sudutnya (hajar Aswad), kemudian beliau thawaf, lari-lari kecil tiga kali dan berjalan biasa empat kali. Kemudian beliau terus menuju ke Maqam. Ibrahim ‘Alais Salam, lalu beliau baca ayat: “Jadikanlah maqam Ibrahim sebagai tempat shalat…” (Al Baqarah: 125). Lalu ditempatkannya maqam itu diantaranya dengan Baitullah. Sementara itu ayahku berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dalam shalatnya: “QUL HUWALLAHU AHADL…” (Al Ikhlas: 1-4). Dan: “QUL YAA AYYUHAL KAAFIRUUN..” (Al Kafirun: 1-6). Kemudian beliau kembali ke sudut Bait (hajar Aswad) lalu diciumnya pula. Kemudian melalui pintu, beliau pergi ke Shafa. Setelah dekat ke bukit Shafa beliau membaca ayat: “Sesungguhnya Sa’i antara Shafa dan Marwah termasuk lambang-lambang kebesaran Agama Allah…” (Al Baqarah: 158). Kemudian mulailah dia melaksanakan perintah Allah. Maka dinaikinya bukit shafa. Setelah kelihatan Baitullah, lalu beliau menghadap ke kiblat seraya mentauhidkan Allah dan mengagungkan-Nya. Dan beliau membaca: “LAA ILAAHA ILAALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU ANJAZA WA’DAHU WANASHARA ‘ABDAHU WAHAZAMAL AHZABA WAHDAH (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah kerajaan dan segala puji, sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah satu-satu-Nya, Yang Maha Menepati janji-Nya dan menolong hamba-hamaba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendiri-Nya).” Kemudian beliau berdo’a. Ucapakan tahlil itu diulanginya sampai tiga kali. Kemudian beliau turun di Marwa. Ketika sampai di lembah, beliau berlari-lari kecil. Dan sesudah itu, beliau menuju bukit Marwa sambil berjalan kembali. setelah sampai di bukit Marwa, beliau berbuat apa yang diperbuatnya di bukit Shafa. Tatkala beliau mengakhiri sa’i-nya di bukit Marwa, beliau berujar: “Kalau aku belum lakukan apa yang telah kuperbuat, niscaya aku tidak membawa hadya dan menjadikannya umrah.” Lalu Suraqah bin Malik bin Ju’tsyum, “Ya, Rasulullah! Apakah untuk tahun ini saja ataukah untuk selama-lamanya?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperpanjangkan jari-jari tangannya yang lain seraya bersabda: “Memasukkan umrah ke dalam haji. Memasukkan umrah ke dalam haji, tidak! Bahkan untuk selama-lamanya.” Sementara itu Ali datang dari Yaman membawa hewan kurban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. didapatinya Fathimah termasuk orang yang tahallul; dia mengenakan pakaian bercelup dan bercelak mata. Ali melarangnya berbuat demikian. Fathimah menjawab, “Ayahku sendiri yang menyuruhku berbuat begini.” Ali berkata; Maka aku pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta fatwa terhadap perbuatan Fathimah tersebut. Kujelaskan kepada beliau bahwa aku mencegahnya berbuat demikian. Beliau pun bersabda: “Fathimah benar.” Kemudian beliau bertanya: “Apa yang kamu baca ketika hendak menunaikan haji?” Ali berkata; Aku menjawab: “Ya Allah, aku aku niat menunaikan ibadah haji seperti yang dicontohkan oleh Rasul Engkau.” Kemudian Ali bertanya, “Tetapi aku membawa hwankurban, bagaimana itu?” Beliau menjawab: “Kamu jangan tahallul.” Ja’far berkata; Jumlah hadya yang dibawa Ali dari Yaman dan yang dibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ada seratus ekor. Para jama’ah telah tahallul dan bercukur semuanya, melainkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yang membawa hadya beserta beliau. Ketika hari Tarwiyah (delapan Dzulhijjah) tiba, mereka berangkat menuju Mina untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunggang kendaraannya. Di sana beliau shalat Zhuhur, ‘Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh. Kemudian beliau menanti sebentar hingga terbit matahari; sementara itu beliau menyuruh orang lebih dahulu ke Namirah untuk mendirikan kemah di sana. Sedangkan Orang Quraisy mengira bahwa beliau tentu akan berhenti di Masy’aril Haram (sebuah bukit di Muzdalifah) sebagaimana biasanya orang-orang jahililiyah. Tetapi ternyata beliau terus saja menuju Arafah. Sampai ke Namirah, didapatinya tenda-tenda telah didirikan orang. Lalu beliau berhenti untuk istirahat di situ. Ketika matahari telah condong, beliau menaiki untanya meneruskan. Sampai di tengah-tengah lebah beliau berpidato: “Sesungguhnya menumpahkan darah, merampas harta sesamamu adalah haram sebagaimana haramnya berperang pada hari ini, pada bulan ini, dan di negeri ini. Ketahuilah, semua yang berbau Jahiliyah telah dihapuskan di bawah undang-undangku, termasuk tebusan darah masa jahilijyah. Tebusan darah yang pertama-tama kuhapuskan adalah darah Ibnu Rabi’ah bin Harits yang disusukan oleh Bani Sa’ad, lalu ia dibunuh oleh Huzail. Begitu pula telah kuhapuskan riba jahiliyah; yang mula-mula kuhapuskan ialah riba yang ditetapkan Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya riba itu kuhapuskan semuanya. Kemudian jangalah dirimu terhadap wanita. Kamu boleh mengambil mereka sebagai amanah Allah, dan mereka halal bagimu dengan mematuhi peraturan-peraturan Allah.
Setelah itu, kamu punya hak atas mereka, yaitu supaya mereka tidak membolehkan orang lain menduduki tikarmu. Jika mereka melanggar, pukullah mereka dengan cara yang tidak membahayakan. Sebaliknya mereka punya hak atasmu. Yaitu nafkah dan pakaian yang pantas. Kuwariskan kepadamu sekalian suatu pedoman hidup, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya yaitu Al Qur`an. Kalian semua akan ditanya mengenai diriku, lalu bagaimana nanti jawab kalian?” mereka menjawab: “Kami bersaksi bahwa Anda benar-benar telah menyampaikan risalah, Anda telah menunaikan tugas dan telah memberi nasehat kepada kami.” Kemudian beliau bersabda sambil mengangkat jari telunjuknya ke atas langit dan menunjuk kepada orang banyak: “Ya, Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, ya Allah saksikanlah.” Sesudah itu, beliau adzan kemudian qamat, lalu shalat Zhuhur. Lalu qamat lagi dan shalat Ashar tanpa shalat sunnah antara keduanya. Setelah itu, beliau meneruskan perjalanan menuju tempat wukuf. Sampai di sana, dihentikannya unta Qashwa di tempat berbatu-batu dan orang-orang yang berjalan kaki berada di hadapannya. Beliau menghadap ke kiblat, dan senantiasa wukuf sampai matahari terbenam dan mega merah hilang. Kemudian beliau teruskan pula perjalanan dengan membonceng Usamah di belakangnya, sedang beliau sendiri memegang kendali.
Beliau tarik tali kekang Unta Qashwa, hingga kepalanya hampir menyentuh bantal pelana. Beliau bersabda dengan isyarat tangannya: “Saudara-saudara, tenanglah, tenanglah.” Setiap beliau sampai di bukit, beliau dikendorkannya tali unta sedikit, untuk memudahkannya mendaki. Sampai di Muzdalifah beliau shalat Maghrib dan Isya`dengan satu kali adzan dan dua qamat tanpa shalat sunnah antara keduanya. Kemudian beliau tidur hingga terbit fajar. Setelah tiba waktu Shubuh, beliau shalat Shubuh dengan satu Adzan dan satu qamat. Kemudian beliau tunggangi pula unta Qaswa meneruskan perjalanan sampai ke Masy’aril Haram. Sampai di sana beliau menghadap ke kiblat, berdo’a, takbir, tahlil dan membaca kaliamat tauhid. Beliau wukuf di sana hingga langit kekuning-kuningan dan berangkat sebelum matahari terbit sambil membonceng Fadlal bin Abbas. Fadlal adalah seorang laki-laki berambut indah dan berwajah putih. Ketika beliau berangkat, berangkat pulalah orang-orang besertanya. Fadlal menengok pada mereka, lalu mukanya ditutup oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tangannya. Tetapi Fadlal menoleh ke arah lain untuk melihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menutup pula mukanya dengan tangan lain, sehingga Fadlala mengarahkan pandangannya ke tempat lain. Sampai di tengah lembah Muhassir, dipercepatnya untanya melalui jalan tengah yang langsung menembus ke Jumratul Kubra. Sampai di Jumrah yang dekat dengan sebatang pohon, beliau melempar dengan tujuh buah batu kerikil sambil membaca takbir pada setiap lemparan. Kemudian beliau terus ke tempat penyembelihan kurban. Di sana beliau menyembelih enam puluh tiga hewan kurban dengan tangannya dan sisanya diserahkannya kepada Ali untuk menyembelihnya, yaitu hewan kurban bersama-sama dengan anggota jama’ah yang lain. Kemudian beliau suruh ambil dari setiap hewan kurban itu sepotong kecil, lalu disuruhnya masak dan kemudian beliau makan dagingnya serta beliau minum kuahnya. Sesudah itu, beliau naiki kendaraan beliau menuju ke Baitullah untuk tawaf. Beliau shalat Zhuhur di Makkah. Sesudah itu, beliau datangi Bani Abdul Muthalib yang sedang menimba sumur zamzam. Beliau bersabda kepada mereka: “Wahai Bani Abdul Muthalib, berilah kami minum. Kalaulah orang banyak tidak akan salah tangkap, tentu akan kutolong kamu menimba bersama-sama.” Lalu mereka timbakan seember, dan beliau pun minum daripadanya.
Dan Telah meceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Ghiyats Telah menceritakan kepada kami bapakku Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad telah menceritakan kepadaku bapakku ia berkata; Saya mendatangi Jabir bin Abdullah dan bertanya kepadanya tentang haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. lalu ia pun menyebutkan hadits yang serupa dengan haditsnya Hatim bin Isma’il, dan ia menambahkan di dalamnya; Dulu orang-orang disuruh oleh Abu Sayyarah untuk menaiki Himar telanjang. Dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati Muzdalifah di Masy’aril Haram, orang-orang Quraisy tidak ragu sedikit pun bahwa beliau akan berhenti di situ dan akan menjadi tempat persinggahannya nanti. Namun beliau melewatinya dan tidak singgah hingga beliau sampai di Arafah dan singgah di sana.
(HR. Muslim)

Gerakan Sholat Rasulullah

Telah menceritakan kepada kami Ishaq Al Wasithi berkata, telah menceritakan kepada kami Khalid bin ‘Abdullah dari Khalid dari Abu Qilabah bahwa dia melihat Malik Al Huwairits ketika shalat, dia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, apabila hendak rukuk mengangkat tangannya, dan ketika mengangkat kepalanya dari rukuk dia juga mengangkat kedua tangannya. Lalu dia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbuat seperti itu.”
HR. Bukhari

Kain Penutup Aurat Pria

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Shalih berkata, telah menceritakan kepada kami Fulaih bin Sulaiman dari Sa’id bin Al Harits berkata, “Kami bertanya kepada Jabir bin ‘Abdullah tentang shalat dengan mengenakan satu lembar kain. Maka ia menjawab, “Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu perjalanannya. Pada suatu malamnya aku datang untuk keperluanku. Saat itu aku dapati beliau sedang shalat dengan mengenakan satu kain. Maka aku bergabung dengan beliau dan shalat disampingnya. Setelah selesai beliau bertanya: “Ada urusan apa (malam-malam begini) kamu datang wahai Jabir?” Maka aku sampaikan keperluanku kepada beliau. Setelah aku selesai, beliau berkata: “Kenapa aku lihat kamu menyelimutkan (kain) seperti ini? ‘ Aku jawab, “Kainku sempit!” Beliau bersabda: “Jika kain itu lebar maka diikatkanlah dari pundak, namun bila sempit maka cukup dikenakan (sebatas untuk menutup aurat).”
HR. Bukhari

Rasulullah Selalu Mengucapkan Kebenaran

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Ishaq berkata; telah menceritakan kepada kami Ibnu Mubarak dari Usamah bin Zaid dari Sa’id Al Maqburi dari Abu Hurairah berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah Salallahu ‘Alaihi wa sallam; “wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau bercanda dengan kami, ” maka beliau beliau bersabda: “Sesungguhnya aku tidak mengatakan kecuali kebenaran.”
HR. Ahmad

Cara Rasullullah Membersihkan Diri Setelah BAB

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Adam dan Ishaq bin Isa secara makna hadits, sedangkan lafadz dengan lafadz Yahya bin Adam, mereka berkata:
telah menceritakan kepada kami Syarik dari Ibrahim bin Jarir dari Abu Zur’ah bin ‘Amru bin Jarir dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam WC, lalu aku membawakan air dalam bejana dari batu kepadanya dan Beliau beristnja`, kemudian mengusapkan tangannya ke tanah dan mencucinya, lalu aku membawakan air lagi dalam bejana dari batu untuknya baru beliau berwudhu dengannya.”
Bapakku berkata: Aswad -yaitu Syaadzaan- berkata dalam hadits ini, “Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke dalam WC aku membawakan air dalam bejana batu untuknya atau dalam bejana kulit, ” dan ia menyebutkan dengan sanadnya.
HR. Ahmad

Makanan Untuk 10 Orang Oleh Rasulullah

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair, demikian juga diriwayatkan dari jalur lain, dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair lafazh ini miliknya, telah menceritakan kepada kami Bapakku, Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Sa’id, Telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dia berkata; “Abu Thalhah menyuruhku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengundang beliau makan ke rumahnya, dan Abu Thalhah telah menyediakan hidangan. Lalu aku pergi mengundang beliau. Aku dapati beliau sedang bersama orang banyak. Beliau menengok kepadaku sehingga aku malu karenanya. Lalu aku katakan; ‘Abu Thalhah mengundang anda makan ke rumahnya, sudilah Anda berkenaan (memenuhinya)! ‘ Maka beliau berkata: ‘Berdirilah semuanya! ‘ Kata Abu Thalhah; ‘Ya, Rasulullah! Aku hanya menyediakan makanan untuk Anda seorang.’ 
Lalu beliau menyentuh makanan yang tersedia itu dan mendoakan keberkahan bagi makanan tersebut. Kemudian beliau bersabda: ‘Suruh masuk kawan-kawan itu sepuluh orang.’ Kata beliau: ‘Silahkan Makanlah! ‘ Dari sela-sela jari beliau keluar sesuatu (berupa makanan), maka makanlah mereka sampai kenyang, sesudah itu mereka keluar. Kata beliau: ‘Suruh masuk sepuluh orang lagi.’ Mereka makan pula sampai kenyang. Begitulah seterusnya secara bergantian mereka masuk sepuluh orang, sehingga tidak seorangpun yang ketinggalan, semuanya masuk dan makan sampai kenyang. Kemudian ternyata makanan masih tersisa sebanyak semula.” Dan Telah menceritakan kepadaku Said bin Yahya Al Umawi Telah menceritakan kepadaku Bapakku Telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Sa’id dia berkata; Aku mendengar Anas bin Malik berkata; Abu Thalhah mengutusku untuk mengundang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam…dan seterusnya seperti Hadits yang diriwayatkan Ibnu Numair, tapi dia berkata pada akhir hadisnya; ‘Kemudian beliau mengambil sisa makanan dan mengumpulkannya lalu mendo’akan keberkahan untuknya hingga makanan tersebut kembali (banyak) seperti semula, kemudian beliau bersabda: ‘Yang ini bukan untuk kalian.’ Dan Telah menceritakan kepadaku Amru An Naqid, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ja’far Ar Raqi, Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Amru dari Abdul Malik bin Umair dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Anas bin Malik dia berkata; ‘Abu Thalhah menyuruh Ummu Sulaim agar membuat makanan yang khusus untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saja. Kemudian dia mengutusku untuk mengundang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam…… dan seterusnya dengan Hadits yang serupa. Namun disebutkan di dalamnya, ‘Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meletakan tangannya sambil menyebut nama Allah kemudian berkata; ‘Persilahkan sepuluh orang masuk, lalu mereka masuk.’ Beliau bersabda: ‘Makanlah dan ucapkanlah basmalah.’ Mereka pun kemudian makan hingga jumlah mereka mencapai tujuh puluh orang laki-laki. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan yang menjamunya makan hingga habis. Dan Telah menceritakan kepada kami Abbad bin Humaid Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah, Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Muhammad dari Amru bin Yahya dari Bapaknya dari Anas bin Malik -dengan kisah ini- (kisah Abu Thalhah menjamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam). -Dari Nabi Shallallah ‘Alaihi Wa Sallam.- Dan disebutkan di dalamnya; ‘Lalu Abu Thalhah berdiri di depan pintu hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang. Kemudian dia berkata; ‘Wahai Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wa Sallam, kami hanya memiliki sedikit makanan.’ Rasulullah menjawab: ‘Bawa kesini, sesungguhnya Allah akan memberikan keberkahan.’ Dan telah menceritakan kepada kami ‘Abad bin Humaid, Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad Al Bajali, Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Musa, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Hadits ini. Dan di dalamnya disebutkan, ‘Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tuan rumahnya makan. Namun makanan itu tetap tersisa yang dapat mencukupi untuk tetangganya.’ Dan telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Hulwani, Telah menceritakan kepada kami Wahab bin Jarir, Telah menceritakan kepada kami Bapakku dia berkata; ‘Aku mendengar Jarir bin Zaid menceritakan dari ‘Amru bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik dia berkata; ‘Abu Thalhah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan tidur di masjid dengan membolak-balikkan tubuhnya, kemudian Abu Thalhah menemui Ummu Sulaim dan berkata; ‘Aku melihat Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wa Sallam tidur di masjid dengan membolak-balikkan tubuhnya, sepertinya beliau sedang lapar.’ -Kemudian perawi menyebutkan Hadits diatas.- Dan disebutkan di dalamnya; ‘Lalu Rasulullah Shallallah ‘Alaihi Wa Sallam, Abu Thalhah, Ummu Sulaim dan Anas bin Malik makan, namun makanan itu tetap tersisa. Maka kami membagikannya kepada tetangga kami.’ Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya At Tujibi, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab, Telah mengabarkan kepadaku Usamah bahwa Ya’qub bin Abdullah bin Abu Thalhah Al Anshari telah menceritakan kepadanya, dia mendengar Anas bin Malik berkata; ‘Pada suatu hari aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Aku mendapatkan beliau sedang duduk berbincang-bincang dengan para sahabatnya, sedangkan perut beliau dalam keadaan di ikat. Seingatku beliau mengikatkan batu pada perutnya. Lalu aku bertanya kepada para sahabatnya; ‘Kenapa Rasulullahu Shallallah ‘Alaihi Wa Sallam mengikat perutnya? ‘ Mereka menjawab; ‘Beliau sedang lapar.’ Akupun segara pergi menemui Abu Thalhah suami Ummu Sulaim binti Milhan, Aku katakan kepadanya; ‘Wahai Bapak, Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengikat perutnya, lalu aku tanyakan kepada para sahabatnya, mereka menjawab; ‘Beliau sedang lapar.’ Abu Thalhah pun masuk menemui ibuku, dia bertanya kepadanya; ‘Apakah ada makanan? ‘ Dia menjawab; ‘Ya aku punya sepotong roti dan beberapa kurma, apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada kita sendirian, kita bisa membuat beliau menjadi kenyang. Namun jika ada orang lain bersama beliau, maka makanan itu tidak cukup untuk mereka.’ -Kemudian perawi menyebutkan semua kisah Hadits di atas. Dan telah menceritakan kepadaku Hajjaj bin As Syaa’ir, Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad Telah menceritakan kepada kami Harb bin Maimun dari An Nadhr bin Anas dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam -mengenai Abu Thalhah menjamu makanan kepada Rasulullah sebagaimana Hadits mereka.’
HR. Muslim

Mimpi-Mimpi Rasulullah

Mimpi-mimpi yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW
Dari Abdul Rahman Bin Samurah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi-mimpi yang menakjubkan pada malam sebelum aku di Isra’kan diantaranya :
1. Aku telah melihat salah seorang dari umatku di datangi malaikat maut dalam keadaan yang mengerikan untuk diambil nyawanya, namun malaikat terhalang perbuatannya karena Ketaatan dan kepatuhannya kepada kedua orang tuanya.
2. Aku melihat salah seorang dari umatku yang telah disediakan baginya azab kubur yang amat menyiksakan, namun ia diselamatkan karena wudhunya yang sempurna.
3. Aku melihat salah salah seorang dari umatku yang dikerumuni setan-setan dan iblis-iblis terlaknat,namun ia diselamatkan karena zikirnya yang tulus dan ikhlas kepada Allah SWT.
4. Aku melihat bagaimana umatku diseret dengan menggunakan rantai yang terbuat dari api neraka jahanam yang dimasukkan dari mulutnya dan dikeluarkan dari duburnya oleh malaikat Ahzab, namun karena sholatnya yang khusyu’ dan tidak ditunjuk-tunjukkan maka ia dilepaskan dari siksaan itu.
5. Aku melihat umatku yang ditimpa kehausan yang amat sangat, namun setiap kali dia mendatangi sebuah telaga, ia terhalang untuk meminumnya, maka saat itu datanglah pahala puasanya yang ikhlas karena Allah SWT yang memberinya minum hingga ia merasa puas.
6. Aku melihat umatku yang sedang mencoba mendekati kumpulan para nabi yang sedang duduk bersama, setiap kali ia datang lalu dia diusir, maka menjelmalah mandi junub dengan rukunnya yang sempurna menuntunnya ke kumpulanku sambil duduk di sebelahku.
7. Aku melihat salah seorang dari umatku berada dalam keadaan yang gelap gulita di sekelilingnya, sedangkan dia di dalam kebinggungan, maka datanglah pahala haji dan umrahnya yang ikhlas kepada Allah SWT sehingga mengeluarkannya dari kegelapan menuju tempat yang terang-benderang.
8. Aku melihat umatku yang mencoba berbicara kepada golongan orang mukmin tetapi mereka tidak seorang pun mau membalas bicaranya, maka menjelmalah sifat silaturrahimnya dan tidak suka bermusuh-musuhan sesama umatku lalu menyeru kepada mereka agar menyambut bicaranya, lalu ia pun dapat berbicara dengan mereka.
9. Aku melihat umatku sedang menepis-nepiskan percikan api yang mengenai Q7 mukanya, namun ia dilindungi karena pahala sedekahnya yang ikhlas karena Allah SWT.
Demikian mimpi yang dialami Nabi Muhammad SAW sebelum beliau melakukan Isra’ Mi’raj, sesungguhnya hal ini dapat menjadi pelajaran dan renungan bagi umat Islam agar kita senantiasa melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi larangan Allah SWT. Hal demikian dapat menjadi petunjuk danperingatan bagi orang-orang yang berfikir.

Mencintai Madinah

Telah menceritakan kepada kami Ibrahim telah menceritakan kepada kami al-Harits bin ‘Umair dari Humaid, at-thowil dari Anas, Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam jika tiba dari suatu perjalanan dan melihat ke dinding-dinding Madinah, beliau percepat untanya dan jika diatas kendaraannya, ditarik-tariknya, karena begitu cintanya kepada Madinah.
HR. Ahmad