Tag: Sholat

Keutamaan Sholat Berjamaah Di Masjid

Perintah Dan Keutamaan Sholat Berjamaah Di Masjid
• Mari kita biasakan hingga menjadi istiqomah sholat berjamaah di masjid sesuai dengan perintah Rasulullah melalui dalil dibawah ini.
telah menceritakan kepada kami Hannad berkata; telah menceritakan kepada kami Abdah dari Ubaidullah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar ia berkata;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat seorang laki-laki secara berjama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat dari shalat sendirian.”
Ia berkata; “Dalam bab ini juga ada riwayat dari Abdullah bin Mas’ud, Ubai bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, Abu Sa’id, Abu Hurairah dan Anas bin Malik.” Abu Isa berkata; “Hadits Ibnu Umar ini derajatnya hasan shahih. Seperti ini pula Nafi’ meriwayatkan dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: “Shalat jama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalatnya seorang laki-laki sendirian.” Abu Isa berkata; “Kebanyakan orang yang meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka mengatakan, “dua puluh lima derajat, ” namun Ibnu Umar menyebutkan, “Dua puluh tujuh derajat.”
– HR. Tirmidzi
follow instagram: @islam_nasehat
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul Wahid berkata, telah menceritakan kepada kami Al A’masy berkata, aku mendengar Abu Shalih berkata, Aku mendengar Abu Hurairah berkata: 
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. 
Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti palaksanaan shalat.”
– HR. Bukhari 

Witir Sebelum Sholat Subuh

Dan telah menceritakan kepadaku Harun bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad katanya; Ibn Juraij mengatakan;
telah mengabarkan kepadaku Nafi’ bahwa Ibnu Umar mengatakan; “Barangsiapa shalat malam, hendaknya ia menjadikan akhir shalatnya adalah witir sebelum (tiba waktu) subuh, demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabat.”
HR. Muslim

Jaminan Surga Untuk Muslim

Jaminan Surga Untuk Muslim Yang Sholat Ashar Dan Subuh

Dan telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid Al Azadi telah menceritakan kepada kami Hammam bin Yahya telah menceritakan kepadaku Abu Jamrah Adl Dluba’i dari Abu Bakr dari Ayahnya,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa shalat pada kedua waktu dingin (ashar dan subuh), maka ia akan masuk surga.”
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah menceritakan kepada kami Bisyr bin As Sari katanya (dan diriwayatkan dari jalur lain) telah menceritakan kepada kami Ibnu Khirasy telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Ashim, keduanya mendengar Hammam dengan isnad saeperti ini, beliau menisbatkan kepada Abu Bakr, keduanya mengatakan; maksudnya Abu Bakr bin Abu Musa.
HR. Muslim

Tidak Menyaingi Imam Dalam Membaca Al-Quran Saat Sholat

Tidak Menyaingi Imam Dalam Membaca Al-Quran Saat Sholat 
Kadang kita pernah mendengar jamaah mengeraskan Bacaannya saat shalat, padahal hal itu sebenarnya tidak dibolehkan.
Berikut dalil dari berbagai macam hadits yang shahih dan hasan derajatnya.
Abu Hurairah berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam pernah shalat bersama kami dengan shalat yang dikeraskan bacaannya, kemudian beliau salam dan menghadap ke arah manusia seraya bersabda: 
“Adakah dari kalian tadi yang membaca berbarengan dengan bacaanku?” mereka menjawab; “Benar ada wahai Rasulullah.” Maka Beliau bersabda: “Aku tidak menghendaki ada orang yang medahului aku dalam membaca Al Qur`an.”
(HR. Ahmad)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Hisyam bin Ammar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Az Zuhri dari Ibnu Ukaimah berkata; Aku mendengar Abu Hurairah berkata; 
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat bersama para sahabatnya yang kami mengira bahwa itu adalah shalat subuh. Beliau bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian ada yang membaca?” seorang laki-laki menjawab, “Saya, ” beliau lalu bersabda: “Kenapa aku ditandingi dalam membaca Al Qur`an?” 
Telah menceritakan kepada kami Jamil Ibnul Hasan berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul A’la berkata, telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Ibnu Ukaimah dari Abu Hurairah ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat bersama kami, lalu ia menyebutkan sebagaimana dalam hadits. Namun ia menambahkan, ia berkata; “Para sahabat diam dalam shalat yang imam mengeraskan bacaannya. “
(HR. Ibnu Majah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mempunyai (shalat bersama) imam, maka bacaan imam adalah bacaannya.”
(HR. Ibnu Majah)
 Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam shalat bersama kami -ia mengira bahwa shalat itu adalah shalat shubuh-. Kemudian ketika beliau telah selesai melaksanakannya, 
beliau berkata; “Siapakah di antara kalian yang membaca (bacaan dengan keras)?” Seorang lelaki menjawab: “Aku.” Beliau berkata; “Aku tidak ingin ada yang menyelisihi aku dalam membaca Al Qur`an.” Ma’mar berkata; dari Az Zuhri; sejak saat itu orang-orang tidak lagi membaca (bacaan) di saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam mengeraskan suara (bacaannya). 
(HR. Ahmad)

Larangan Sholat Sunnah Setelah Iqamat

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Said bin Ibrahim dari Hafs bin ‘Ashim dari Ibnu Buhainah katanya; “Ketika shalat subuh telah diiqamati, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seseorang yang sedang shalat padahal muadzin telah qamat, maka beliau menegurnya: “Apakah kamu shalat subuh empat raka’at?”
HR. Muslim

Doa Dalam Sholat Malam

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Muhammad yaitu anak Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Salamah dari Kuraib dari Ibnu Abbas ia berkata; “Saya bermalan di rumah bibiku, Maimunah. Maka saya pun ingin melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunaikan shalat malam. (Maka pada malam itu) beliau bangun dan kencing. Kemudian beliau membasuh wajahnya, kedua tangannya dan tidur kembali. Kemudian beliau bangun dan langsung beranjak menuju qirbah (tempat air). Beliau membuka tutupnya dan menuangkannya ke dalam mangkuk kecil. Kemudian beliau menciduk dengan tangannya dan berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya.
 Setelah itu beliau shalat, dan saya pun ikut shalat bersama beliau dengan berdiri di sebelah kirinya. Namun beliau memegang dan memindahkanku ke sebelah kanannya. (Pada malam itu) shalat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sempurna tiga belas raka’at. Sesudah itu beliau tidur hingga mendengku. Dan kami tahu jika tidur beliau mendengkur. Setelah itu, beliau keluar untuk menunaikan shalat Subuh. Kemudian beliau membaca di dalam shalat atau di dalam sujudnya: “ALLAHUMMAJ’AL FII QALBII NUURAN WA FII SAM’II NUURAN WA FII BASHARII NUURAN WA ‘AN YAMIINII NUURAN WA ‘AN SYIMAALII NUURAN WA AMAAMII NUURAN WA KHALFII NUURAN WA FAUQII NUURAN WA TAHTII NUURAN WAJ’AL LII NUURAN -atau beliau mengatakan- WAJ’ALNII NUURAN (Ya Allah, berilah cahaya pada hatiku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya dari sebelah kananku, cahaya dari sebelah kiriku, cahaya dari depanku, cahaya dari belakangku, cahanya dari atasku, cahaya dari bawahku, dan berilah aku cahaya).” Dan telah menceritakan kepadaku Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami An Nadlru bin Syumail telah mengabarkan kepada kami Syu’bah Telah menceritakan kepada kami Salamah bin Kuhail dari Bukair dari Kuraib dari Ibnu Abbas. Salamah berkata; Saya menjumpai Kuraib maka ia pun berkata, Ibnu Abbas berkata; Saya berada di rumah bibiku, Maimunah kemudian datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian ia pun menyebutkan hadits serupa dengan hadits Ghundar, dan ia mengatakan; “WAJ’ALNII NUURAN (Dan berilah aku cahaya).” Tanpa keraguan. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Hannad bin As Sariya keduanya berkata, Telah menceritakan kepada kami Abu Ahwash dari Sa’id bin Masruq dari Salamah bin Kuhail dari Abu Risydin Maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas ia berkata; Saya bermalam di rumah bibiku, Maimunah. Ia pun mengkisahkan hadits, namun ia tidak menyebutkan Ghaslul Wajh wal Kaffain (membasuh wajah dan kedua telapak tangan). Hanya saja ia mengatakan; “Kemudian beliau mendatangi qirbah dan membuka tutupnya, lalu beliau berwudlu di antara dua wudlu, kemudian beliau beranjak ke tempat tidurnya dan tidur. Setelah itu, beliau bangun kembali, lalu beranjak menuju qirbah (tempat air) lalu membuka tutupnya, kemudian berwudlu.” Kemudian beliau membaca: “A’ZHIM LII NUURA (Ya Allah, perbesarlah cahaya untukku).” Dan ia tidak mengatakan; “WAJ’AlNII NUURA.” Dan telah menceritakan kepadaku Abu Thahir Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb dari Abdurrahman bin Salman Al Hajri dari Uqail bin Khalid bahwa Salamah bin Kuhail telah menceritakan kepadanya bahwa Kuraib telah menceritakan kepadanya bahwa Ibnu Abbas pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak menuju qirbah (tempat air), menuangkan air darinya dan berwudlu dengan tidak banyak menggunakan air, namun beliau juga tidak mengurangi wudlunya. Ia pun menyebutkan hadits. Kemudian di dalam hadits itu ia mengatakan; Pada malam itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a dengan sembilan belas kata. Salamah berkata, telah menceritakannya kepadaku Kuraib, dan saya menghafal darinya dua belas kata dan sisanya lupa. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a: “ALLAHUMMAJ’AL LII FI QALBII NUURAN WA FII LISAANII NUURAN, WA FII SAM’II NUURAN WA FII BASHARI NUURAN WA MIN FAUQII NUURAN WA MIN TAHTII NUURAN WA ‘AN YAMIINII NUURAN WA ‘AN SYIMAALII NUURAN WA MIN BAINI YADAYYA NUURAN WA MIN KHALFII NUURAN WAJ’AL FII NAFSII NUURAN WA A’ZHIM LII NUURAAN (Ya Allah jadikanlah cahaya di dalam hatiku, cahaya di dalam lisanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya dari arah kananku, cahaya dari sebelah kiriku, cahaya dari arah depanku, cahaya dari belakangku, dan berilah cahaya di dalam jiwaku dan perbesarlah cahaya untukku).” Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Ishaq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah mengabarkan kepadaku Syarik bin Abu Namir dari Kuraib dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata; “Saya bermalam di rumah Maimunah, yang saat itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada di rumahnya. Demikian itu, agar saya dapat melihat bagaimana shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbincang-bincang bersama isterinya sejenak, kemudian beliau tidur.” Ia pun menuturkan hadits. Dan di dalamnya ia mengatakan; “Kemudian beliau bangun lalu berwudlu dan bersiwak.”
HR. Muslim

Sholat Diatas Karpet

Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin Yahya berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb berkata, telah menceritakan kepadaku Zam’ah bin Shalih dari Amru bin Dinar ia berkata, “Ketika di Bashrah, Ibnu Abbas shalat di atas karpet. Kemudian para sahabatnya menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga shalat di atas karpet. “
HR. Ibnu Majah

Sholat Sunnah Dua Rakaat

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Ya’la bin ‘Atha’ dari Ali Al Azdi dari Ibnu Umar dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam beliau bersabda: “
Shalat sunnah di waktu malam dan siang hari dilakukan sebanyak dua raka’at- dua raka’at.” Abu ‘Isa berkata, Para sahabat Syu’bah berselisih pendapat mengenai hadits Ibnu Umar, sebagian dari mereka memarfu’kannya dan sebagian lagi memauqufkannya. Diriwayatkan dari Abdullah Al Umary dari Nafi’ dari Ibnu Umar dari Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam seperti lafazh hadits diatas. Riwayat yang paling shahih ialah riwayat dari Ibnu Umar sesungguhnya Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat sunnah pada malam hari dilakukan sebanyak dua raka’at-dua raka’at.”
Dan para perawi yang tsiqah meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Umar dari Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam tanpa menyebut Shalat Nahar (pada siang hari). Dan telah diriwayatkan dari Ubaidullah dari Naf’i dari Ibu Umar bahwasanya beliau shalat sunnah pada malam hari dua raka’at-dua raka’at dan pada siang hari empat raka’at-empat raka’at. Oleh karena itu para ahlul ilmi berselisih pendapat dalam masalah ini, Imam Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa shalat sunnah pada waktu malam ataupun siang hari sebanyak dua raka’at-dua raka’at, sedangkan Imam Sufyan Ats Tsauri, Ibnu Al Mubarak dan Ishaq berpendapat bahwa shalat sunnah pada malam hari dua raka’at-dua raka’at dan pada siang hari empat raka’at-empat raka’at seperti shalat sunnah empat raka’at sebelum zhuhur maupun shalat sunnah yang lainnya.
– HR. Tirmidzi

Makan Kambing Lalu Sholat

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Ja’far bin Amru bin Umayyah Adl Dlamri dari bapaknya bahwasanya; “Ia pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memotong lengan kambing dan memakan dagingnya lalu beliau langsung menunaikan shalat dengan tidak berwudlu lagi.” Abu Isa berkata; Ini adalah hadits hasan shahih. Dan hadits semakna juga diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syu’bah.
HR. Tirmidzi