Tag: Sholat

Sholat Dhuha Sebagai Pembuka Rezeki

“Pada pagi hari, setiap persendian salah seorang dari kalian wajib bershadaqah; setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, menyuruh berbuat baik adalah shadaqah, melarang dari yang mungkar adalah shadaqah, dan itu semua cukup dengan dua raka’at shalat Dhuha yang ia kerjakan”. (HR. Muslim)
.
.
Memang tidak ada dalil yang mengatakan bahwa keutamaan sholat dhuha adalah untuk melancarkan rezeki, namun ternyata sholat dhuha dapat mengganti sedekah dimana sedekah adalah amalan yang dapat memperlancar rezeki. .
.
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)
.
. ” Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, maka akan di ampuni dosa-dosanya oleh Allah. Sekalipun itu seperti buih di lautan.” [HR-Tirmidzi] .
#dhuha yuk..

Wanita Yang Sholat Subuh Bersama Rasulullah

telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus bahwa Ibnu Syihab mengabarkan kepadanya, dia berkata; telah menceritakan kepadaku ‘Urwah biun Zubair, bahwa ‘Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata;
“Dahulu para wanita mukminat menghadiri shalat fajar (subuh) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengerudungi kepala dengan kain, kemudian mereka kembali ke rumah masing-masing, mereka tidak dikenal karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat subuh ketika keadaan masih pagi buta.”
HR. Muslim

Sholat Sambil Duduk

Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dari Malik dari Ibnu Syihab dari As Saib bin Yazid dari Al Muththalib bin Abu Wada’ah dari Hafshah dia berkata; “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat sunnah sambil duduk, hingga menjelang setahun sebelum beliau wafat, (saat itu) beliau sering shalat sambil duduk, membaca surah Al Qur’an dengan tartil, sampai-sampai beliau memperlama dalam membacanya.”
HR. Nasa’i

Bicara Dalam Thawaf

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Thawaf di Baitullah sebagaimana shalat, hanya saja kalian dalam thawaf boleh berbicara. Barangsiapa yang berbicara hendaknya berbicara dengan kata-kata yang baik.”
Abu ‘Isa berkata; “Hadits ini telah diriwayatkan dari Ibnu Thowus dan yang lainnya dari Thowus dari Ibnu Abbas secara mauquf. Kami tidak mengetahui hadits ini diriwayatkan secara marfu’ kecuali dari hadits ‘Atha bin Sa`ib.
Kebanyakan ulama mengamalkan hadits ini, yaitu mereka menganjurkan seorang yang thawaf untuk tidak berbicara kecuali untuk suatu keperluan atau berdzikir atau membicarakan suatu ilmu.”
– HR. TIRMIDZI

Meringkas Sholat

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ telah menceritakan kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Ali bin Zaid bin Jud’an Al Qurasyi dari Abu Nadlrah dia berkata, Imran bin Hushain ditanya tentang shalatnya seorang musafir (dalam perjalanan), dia menjawab, saya melaksanakan haji bersama Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau shalat dua raka’at, kemudian saya melaksanakan haji bersama Abu Bakar dan dia melaksanakan shalat dua raka’at, dan bersama Umar, dia juga shalat dua raka’at, bersama Utsman selama enam atau delapan tahun pada masa kepemimpinannya juga shalat dua raka’at. Abu Isa berkata, hadits ini shahih.
HR. Tirmidzi

Bolehnya Sholat Dirumah Jika Terjadi Hujan Deras

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim dari Khalid Al Hadzdza` dari Abu Al Malih berkata; Aku keluar di malam yang penuh hujan, ketika pulang aku langsung meminta untuk dibukakan pintu. Bapakku bertanya, “Siapa itu?” “Abu Al Malih, ” jawabku. Bapakku berkata, “Pada hari Hudaibiah aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu kami kehujanan namun tidak sampai membasahi sandal kami, kemudian berserulah utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Shalatlah di rumah-rumah kalian. “
HR. Ibnu Majah

Rasulullah Ingin Membakar Rumah Orang Yang Sholat Dirumah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Sungguh saya ingin sekali memerintahkan para pemudaku untuk mengumpulkan tumpukan tumpukan kayu bakar, kemudian saya pergi mendatangi kaum yang mengerjakan shalat di rumah rumah mereka tanpa udzur, lalu saya membakar rumah rumah mereka.”
Kata Yazid bin Yazid Saya katakan kepada Yazid bin Asham; Wahai Abu Auf, apakah Shalat Jumat yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ataukah lainnya? Dia menjawab; Kedua telingaku tersumbat, sekiranya saya tidak mendengar Abu Hurairah meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sama sekali beliau tidak menyebutkan shalat Jumat dan juga shalat yang lain.
– HR. Abu Daud

Jika Tidak Malu Maka Lakukanlah

“Di antara sabda para Nabi adalah: jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu. Bersedekap ketika shalat dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, menyegerakan saat berbuka dan mengakhirkan sahur.”
HR. Malik
Catatan: Malu adalah bagian dari keimanan seorang mukmin.

Sholat Sunnah Fajar

Aktivitas pada Waktu Shubuh: Shalat sunnah Fajar dijaga sebagaimana shalat sunnah rawatib lainnya
—–
Shalat rawatib dalam sehari ada dua belas rakaat yang dijamin akan mendapatkan rumah di surga: (a) dua rakaat qabliyah Shubuh, (b) empat rakaat qabliyah Zhuhur, (c) dua rakaat badiyah Zhuhur, (d) dua rakaat badiyah Maghrib, dan (e) dua rakaat badiyah Isya.
.
Dari Ummu Habibah radhiyallahu anha, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Barang siapa mengerjakan shalat sunnah (rawatib) dalam sehari-semalam sebanyak 12 rakaat, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim, no. 728).
.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, Nabi ﷺ bersabda,
“Barang siapa merutinkan shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga. Dua belas rakaat tersebut adalah empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat sesudah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan,
“Aku menghafal dari Nabi ﷺ sepuluh rakaat (sunnah rawatib), yaitu dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat sesudah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. Bukhari, no. 1180).
.

Sholat Sunnah Dhuha

Aktivitas pada Waktu Pagi: Melakukan shalat sunnah Dhuha minimal dua rakaat, maksimalnya tidak dibatasi. Waktu shalat Dhuha dimulai dari setelah matahari meninggi (15 menit setelah matahari terbit) hingga mendekati waktu zawal (15 menit sebelum Zhuhur)
—–
Waktu Dhuha dapat dibagi menjadi tiga:
1. Awal waktu yaitu setelah matahari terbit dan meninggi hingga setinggi tombak.
2. Akhir waktu yaitu dekat dengan waktu zawal saat matahari akan tergelincir ke barat.
3. Waktu terbaik shalat Dhuha yaitu ketika matahari semakin tinggi dan semakin panas.
Inilah pendapat madzhab jumhur yaitu Hanafiyyah, Syafi’iyyah, dan Hambali. Dalilnya adalah, Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama. Rasulullah ﷺ bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (shalat Dhuha) yaitu ketika anak unta merasakan terik matahari.” (HR. Muslim, no. 748). Artinya, ketika kondisi panas di akhir waktu.
Adapun doa setelah shalat Dhuha disebutkan dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ selesai shalat Dhuha, beliau mengucapkan,
“ALLOHUMMAGHFIR-LII WA TUB ‘ALAYYA, INNAKA ANTAT TAWWABUR ROHIIM (artinya: Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang) sampai beliau membacanya seratus kali.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 619. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih).
.